Tidak ada petunjuk. Tidak ada tulisan yang menyatakan bahwa tempat itu menyediakan kopi enak. Lokasinya pun menyempil di sebuah ruko tepi jalan.
Bagaimana tidak menyempil?Â
Ia hanya berupa meja tempat memanaskan dan meracik kopi, menggunakan dua tabung dan saringan berukuran besar. Setelah mengamati lebih dekat baru terlihat tulisan kopi Gayo di bagian depan meja.
Meja itu sendiri terletak di bagian depan. Tidak menonjol. Pikulan soto gaya Jawa Timur di sebelahnya jauh lebih menarik.
Tempat penjualan kopi Gayo seduh dan soto itu berada di salah satu bangunan dari deretan ruko yang menjorok ke dalam. Bagian ini merupakan halaman parkir kendaraan.
Di depan tidak tersedia papan nama atau petunjuk yang mengundang calon pembeli untuk berkunjung. Kebetulan saja saya sedang berjalan kaki di sekitar, sehingga melihat tulisan di bangunan bagian atas.
Baca juga: Taburan Serundeng Membuat Soto Ayam Ini Terasa Istimewa
Sulit bagi pengendara yang melintas untuk menandai tempat tersebut. Apalagi di kanan kiri barisan tujuh ruko itu terdapat tembok penghalang pandangan.
Bisa jadi pembeli soto dan kopi merupakan pelanggan atau pengunjung ruko lain yang terdiri dari: rumah makan Chinese Food, apotek, kantor distributor, klinik gigi. Dua bangunan lainnya kosong.
Saya memesan secangkir kopi Gayo pakai susu seharga Rp 8 ribu. Relatif murah, menimbang tempat nyaman dan cukup bagus. Rasanya pun enak. Mungkin lain kali saya akan mencoba kopi Gayo saja. Tanpa susu. Tanpa gula.
Mengamati tempat kopi tersebut, menurut saya penting menimbang cara-cara "mengundang" costumer agar datang. Membuat pembeli menjadi pelanggan adalah persoalan operasional, seperti: suasana ruang, produk, dan pelayanan.
Itu ihwal lain. Hal penting pertama adalah menarik calon pembeli untuk datang.
Posisi penjual kopi itu berada di tepi jalan kolektor dengan lintasan kendaraan berkecepatan sedang. Tanpa adanya penanda, kecil kemungkinannya customer atau calon pembeli mampir. Kecuali yang sudah menjadi pelanggan.
Masalah lokasi yang "tidak kelihatan" juga dialami oleh sebuah rumah makan mi ayam kampung. Permulaan tahun, beberapa hari lalu, saya melihatnya karena sedang berjalan kaki. Bayangkan, saya akan melewatkannya jika berkendara.
Baca juga: Mi Ayam Kampung Asli, Harga Tinggi Rasa Enak Sekali
Gerai berada di tepi jalan lokal di mana merupakan jalan umum perlintasan kendaraan berkecepatan rendah. Sedikit tertolong oleh lokasi yang terletak di samping minimarket di dengan pemasangan spanduk berukuran besar. Namun peletakan rentangan itu terlalu rendah.
Pengelola mi ayam kampung juga mengeluhkan tentang kelemahan lokasi tersebut. Kelemahan yang sama dengan penjual kopi, yaitu keberadaan gerainya cenderung masuk ke dalam. Menyempil, tidak mudah terlihat oleh pembeli.
Bagaimana mengatasi kelemahan lokasi yang given tersebut?
Pengalaman menjalankan bisnis kuliner menyatakan, penanda keberadaan usaha merupakan bagian penting. Betapa pun strategis tempatnya berada.
Berikut disampaikan beberapa cara mengakali lokasi yang menyempil, menjadi menarik perhatian calon pembeli:
- Memasang penanda atau petunjuk atau signage yang mencirikan brand dan produk. Bisa berupa spanduk, neon sign, papan nama, atau bahan lain.
- Gunakan bahan pembuat berkualitas baik. Ukuran disesuaikan dengan kecepatan pengendara melintas.
- Buat penanda dengan huruf yang jelas terbaca, berwarna terang.
- Menempatkan penanda menjorok ke luar atau di tempat cukup tinggi agar mudah dilihat dari jarak 20-25 meter atau lebih.
- Jika dimungkinkan, letakkan benda-benda mencolok sebagai landmark penarik perhatian, semisal: meja kursi dan payung kafe; pot tanaman; lainnya.
- Menggunakan sarana-sarana promosi, baik melalui iklan konvensional, mulut ke mulut, maupun media sosial.
Bukan hanya menutupi kelemahan lokasi bisnis kuliner dan menarik perhatian. Cara-cara di atas merupakan strategi mengundang customer atau calon pembeli.Â
Setelah merasakan suasana dan produk bisnis kuliner, diharapkan customer tersebut kembali lagi untuk menjadi pelanggan.
Demikian cara mengakali atau menyiasati lokasi bisnis kuliner menyempil, dengan mengambil pelajaran dari keadaan yang dialami oleh gerai kopi Gayo dan Mi Ayam Kampung.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H