Bahkan Bareskrim mengimbau pengguna WhatsApp mewaspadai pesan semacam ini. Diduga merupakan modus baru pembajakan WA.Â
Sesungguhnya pesan tersebut bukan berasal dari perusahaan WhatsApp, tapi dari dunia kejahatan siber. (Selengkapnya dapat dibaca di sini).
Betapa, dalam satu bulan pesan penipuan dalam bentuk lain kerap dikirim melalui SMS, kadang melalui WA. Bahasa digunakan juga khas. Umumnya menyimpang dari kaidah bahasa.
Seperti pelafalan yang keliru: proli untuk Polri; ces (cash) untuk tunai ; kridit untuk kredit; dan sebagainya). Penyingkatan kata: sy (saya); lg (lagi); brg2 (barang-barang). Juga kesalahan penempatan atau ketiadaan tanda baca.
Pagi tadi saya menerima pesan melalui messenger Facebook dari seorang kawan yang lama sekali tidak berjumpa. Perlu diketahui, masing-masing tidak memiliki nomor telepon satu sama lain.
Ia mengonfirmasi, apakah saya mengirim pesan WA seperti di bawah ini:
Langsung saya merespons dengan menyatakan bahwa tutur bahasa yang digunakan bukan ciri saya. Dalam percakapan sehari-hari, melalui WA atau SMS, saya tidak pernah menyingkat kata-kata.
Penyebutan nama panggilan juga berbeda. Pengirim pesan mengeja "fang", sedangkan saya biasa menyapa: "Apang". Perhatikan penggunaan kapital pada huruf pertama.
Fix! Itu merupakan ulah penipu, menawarkan kerja sama atau peluang bisnis dengan iming-iming keuntungan besar.
Modusnya, melampirkan surat dari Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang. Diduga merupakan hasil penyuntingan.Â
Naskah berisi daftar kendaraan yang akan dilelang. Dengan harga di bawah pasaran pula. Juga ada potongan, bila membayar secara tunai.
Untuk lebih meyakinkan, penipu tersebut berlaku sok akrab kepada sahabat saya. Bahkan, ajaibnya, ia tahu dengan tepat nama julukan kami dan kawan yang lain. Meski tidak sama persis juga, sebagaimana saya utarakan di atas.
Kalaupun ingin menjalin kerja sama serius, biasanya saya akan langsung menelepon sang teman. Pesan hanya sebagai pembuka percakapan, kemudian diikuti dengan pertemuan-pertemuan tatap muka.
Jadi percakapan dikirim melalui WA itu merupakan pesan aneh yang patut diwaspadai.Â
Saya pun menyarankan kepada sang kawan agar segera menghapus pesan tersebut. Kalau perlu melaporkannya kepada pihak berwajib.
Menghadapi pesan-pesan aneh diduga penipuan seperti dimaksud di atas, sebaiknya kita bersikap bijak:
- Mewaspadai pesan dari nomor tidak dikenal atau tidak terekam di dalam buku telepon kita.
- Sering kali pihak penipu mengaku-ngaku mewakili instansi tertentu. Sebaiknya periksa direktori resmi atau mencari tahu keberadaan lembaga melalui mesin perambah.
- Menaruh curiga ketika ia menggunakan: kata yang disingkat, ungkapan janggal, tata bahasa acak-acakan.
- Konfirmasi kepada kenalan yang "dipakai" namanya oleh penipu.
- Tidak tergoda untuk meng-klik tautan, jika dicantumkan. Besar kemungkinan itu adalah jebakan untuk mencuri data pribadi atau mengeruk uang Anda.
- Apabila ada sedikit saja keraguan, segera hapus pesan tersebut. Kalau perlu lakukan pemblokiran. Kendati diketahui, penipu berganti-ganti nomor guna menyamarkan identitas.
Demikian enam langkah yang harus dilakukan, ketika menerima pesan "aneh" atau meragukan melalui media WhatsApp ataupun Short Message Service.
Paling penting: jangan terbujuk oleh iming-iming hadiah atau keuntungan besar. Perasaan tergoda merupakan pintu masuk paling mudah bagi penipu.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H