Pertama kali bergabung dengan pentas aktualisasi bidang tulis-menulis adalah di Kompasiana. Ditambah dengan adanya mimbar berinteraksi antar pengguna membuat saya suka dengan platform blog ini.
Dalam tahun itu pula acara Kompasianival pertama kali diselenggarakan. Bertempat di FX Sudirman, Jakarta, pada tanggal 10 Desember 2011, pertemuan tersebut berlangsung meriah. Games, talk show, stand-up comedy, penampilan grup musik terkenal, dan penyampaian penghargaan (awarding) untuk Kompasianer berprestasi.
Foto di bawah menunjukkan kehadiran dalam kesempatan tersebut. Jumlah gambar terbatas, karena saya tidak hobi difoto. Wajah terkesan gelap akibat diapit oleh dua gadis bening. Terdapat bias optik pada gambar. Skip...
Itu pengalaman pertama mengikuti ajang perjumpaan kreator konten dan komunitas penggiat tulis-menulis.
Seiring dengan meningkatnya kesibukan, lumpuh pula aktivitas akun di Kompasiana. Delapan tahun kemudian waktu mendadak demikian melimpah, sehingga saya mulai membuka akun berdebu.
Ada pasang surut. Satu waktu gembira, ketika artikel ditayangkan mendapat label biru. Lain waktu kesal. Karya tulis sudah capek-capek dibikin, tapi "tidak dilirik" oleh admin.
Lebih kesal lagi ketika artikel ditayangkan lalu dihapus oleh admin. Mau marah, protes ke mana? Lha wong saya yang keliru.
Saya membuat akun di blog lain. Cari alternatif tempat yang sekiranya dapat memenuhi kebutuhan. Beberapa kali posting, akhirnya kembali lagi ke Kompasiana.
Bukan kangen, tapi saya sudah terlanjur familiar dengan fitur ditawarkan oleh Kompasiana. Ya uwis. Saya baca-baca lagi ketentuan, syarat, dan trik agar karya memperoleh label pilihan serta masuk ke kategori artikel utama.
Alah bisa karena biasa. Harapan mendapat label pilihan, sesekali menjadi artikel utama, tercapai. Ia merupakan artikel yang terbentuk di dalam kognisi dan alam rasa, sesuai rambu-rambu cara menulis diberikan.
Saya tidak dapat menjelaskannya secara rinci, tapi yang pasti isi artikel menghadirkan wawasan bagi para pembaca. Menawarkan sesuatu. Bukan hanya pada karya esai, tapi juga artikel fiksi.
Barangkali penulis lebih berpengalaman bisa lebih tepat cara penggambarannya. Saya mah apalah, penulis amatiran.
Mudah-mudahan bisa konsisten menulis di Kompasiana. Rasa nyaman sudah terbentuk, kendati --terkadang--- tidak bersepakat dengan kebijakan pengelola Kompasiana. Begitulah, di antara masyarakat banyak kepala, pasti muncul ke-takpuasan.
Saya kembali hadir pada Kompasianival 2020 secara virtual, meski tidak utuh. Tidak tuntas sampai pengumuman penerima penghargaan. Dalam event mendatang, ada keinginan untuk mengikuti acara selengkapnya.
Sabtu, 27 November 2021, diselenggarakan acara Kompasianival. Bertema Optimis Melangkah, acara akbar Kompasianer itu akan berlangsung secara virtual.
Ngintip di rundown, ada acara:
- Perbincangan (keuangan, teknologi digital untuk UMKM, kesehatan, memahami film, literasi).
- Pemutaran aneka film.
- Keynote Speech oleh Gita Wirjawan.
- Speech dari KG Media.
- Speech dari Pengelola Kompasiana.
- Kompasiana Awarding (Best in Citizen Jurnalism, Best in Opinion, Best Fiction, Best in Specific Interest), Kompasianer of The Year, Kompasiana Lifetime Achievement, dan People's Choice).
Banyak acara, panjang pula durasinya bagi saya. Di dalam kegiatan tersebut terselip kesempatan berpose di area photo booth & nostalgia, mengikuti games, dan mendapatkan lucky draw (sumber).
Rasa-rasanya stamina saya tidak bakal kuat mengikuti keseluruhan rangkaian acara, tetapi untuk talk show diusahakan mengikuti. Terutama pada acara puncak, yakni pengumuman penerima penghargaan.
Event Kompasianival 2021 yang bikin penasaran. Ingin rasanya saya mengikuti seluruh rangkaian acara. Paling utama, yakni siapa saja yang akan memperoleh penghargaan?
