Saya membutuhkan kemahiran dan ketelitiannya dalam menggali tanah untuk fondasi bangunan. Setelah kegiatan itu, bolehlah tukang lainnya melanjutkan sampai selesai.
Bukan memanjakan, tapi --sadar tidak sadar---saya tergantung kepada Kasto. Hidup mati saya mutlak harus ada kehadiran Kasto. Dalam keadaan apapun.
Bayangkan!
Andai fondasi tidak rapi menyiku, maka bangunan persegi tersebut bisa mencang-mencong.
Lebih-lebih ketika keramik sudah terpasang. Potongan miring mengikuti dinding akan tampak jelas. Kalaupun "dicolong" dengan membedakan ketebalan plesteran satu bagian dengan bagian lain, akan memboroskan semen. Lagi pula, lama-lama kelihatan juga selisihnya.
Dikoreksi lagi?
Sama saja dengan pekerjaan bangun ulang. Ruginya adalah setara dengan nilai prestasi pekerjaan. Jangan sampai.
Nilai estetika tersebut pada gilirannya juga berpengaruh terhadap besaran pembayaran. Bisa dikurangi dari nilai disepakati atau ganti rugi. Keduanya sama-sama tidak membuat tidur nyenyak.
Boleh jadi, gara-gara hasil pembangunan tidak menyiku, pemberi pekerjaan pada kesempatan selanjutnya enggan menggunakan jasa saya lagi. Iya toh?
Lha wong jantung bisnis saya adalah jasa. Ia terus berdenyut selama mampu menyodorkan kepuasan kepada pengguna akhir.
Maka dari itu, betapa pentingnya keberadaan Kasto tatkala saya mendapatkan proyek-proyek. Berkatnya pekerjaan bangunan dapat diselesaikan dengan rapi. Bohir atau pengguna akhir merasa puas saat penyerahan.