Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengalaman Memiliki Pengawal Mistis

29 Oktober 2021   07:59 Diperbarui: 29 Oktober 2021   08:02 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pengawal mistis oleh Waldkunst dari pixabay.com

Malam kelam. Gelap mencekam. Di kiri kanan jalan terhampar sawah. Pada beberapa bagiannya sesuatu bergerak-gerak mengikuti buaian angin. Sepi.

Sampai gerombolan pria terlihat menuju arah saya. Berjalan semakin dekat. Begitu berpapasan, lima atau enam lelaki muda itu bergerak ke pinggir. Membuka jalan agar saya melenggang tanpa hambatan.

Wajah-wajah mereka ketakutan, lalu bertempiar tunggang langgang.

Pada kesempatan lain, di suatu sore temaram, saya berkendara sendirian hendak mengunjungi rumah teman dalam rangka meminjam buku. Ia ke depan, mengamati mobil diparkir.

Di dalam rumah ia bertanya, "itu bareng siapa?"

Terheran-heran, saya menyatakan bahwa datang sendiri. Penasaran, ia menilik sekali lagi ke tempat mobil diparkir. Kosong. Memandang saya. Bengong.

Pada keesokan hari saya bingung. Seorang teman lain, kemarin, melihat saya mengemudi dengan santai melintasi sebuah perempatan jalan.

 "kemarin menjelang Magrib pergi dengan siapa?"

Ia sangat jelas melihat di jok penumpang ada seseorang pria legam berbadan besar. Mata merahnya memandang saya yang tenang-tenang saja.

Saya merinding dan mulai merasa takut. Itu adalah pendamping gaib, yang akan menjaga. Semacam pengawal mistis. Demikian guru spiritual saya menjelaskan.

Guru spiritual?

Maklum, sebagai kaum berusia likuran, saya masih senang bertualang ke hal-hal baru, termasuk dunia mistik. Saya mendatangi seorang guru spiritual di pelosok yang, konon, disegani. Dalam satu kesempatan, ia mampu meluluh lantakkan pengeroyoknya.

Setelah menjalani berbagai proses, pelantikan terakhir adalah ritual mandi pada tengah malam. Di samping sumur tua sebuah padepokan, dengan telanjang bulat saya jongkok, sambil kedua tangan menyilang memegang ujung jempol kaki. Guru spiritual menyiramkan segayung air diambil dari sumur ke punggung saya.

Terdengar suara dentuman, tubuh saya berguncang. Keesokannya saya baru tahu, terdapat guratan-guratan merah di beberapa bagian punggung Entah oleh apa.

"Pembersihan jiwa! Jangan khawatir," tukas guru spiritual.

Begitu prosesinya. Timbul rasa senang, mengetahui akan ada pengawal mistis di sekitar saya. Ia akan bertambah, bila saya rajin membaca ratusan sampai ribuan wirid yang disyaratkan.

Terbersit juga rasa takut. Kalau tidak bisa merawatnya? Konon pengawal mistis harus rajin diberi "makanan" berupa wiridan itu tadi.

Bila enggak? Menurut sahibul hikayat, mereka akan berbuat onar. Bagaimana caranya? Sampai hari ini saya belum pernah menyaksikannya.

Kekhawatiran tersebut punah, saat bertemu dengan seorang ahli agama yang juga Direktur Keuangan sebuah PTPN (BUMN bidang perkebunan) di Bandung.

Tanpa saya bercerita, beliau mengetahui persis bahwa saya berhubungan dengan dunia mistis.

"Kamu belajar ilmu apa? Gak perlu itu! Kekuasaan tertinggi yang melindungi adalah Allah. Dengan perkenan-NYA kamu dijaga, meski dikeroyok. Buang...!"

Singkatnya, dengan bacaan ayat suci dan minum air putih yang telah dijampi-jampi, ilmu pengundang pengawal mistis secara bertahap dihilangkan.

Percaya atau tidak "pengawal" itu pernah ada. Kemudian dibuang tanpa dampak. Sampai sekarang saya tidak merasakan adanya kejanggalan sama sekali.

Tumbuh keyakinan di dalam diri, bahwa Maha Pelindung akan menjaga dari segala mara-bahaya, bila ikhlas.

Kisah Mistis sebelumnya: Kisah Nyata Berhubungan dengan Dunia Mistik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun