Maklum, sebagai kaum berusia likuran, saya masih senang bertualang ke hal-hal baru, termasuk dunia mistik. Saya mendatangi seorang guru spiritual di pelosok yang, konon, disegani. Dalam satu kesempatan, ia mampu meluluh lantakkan pengeroyoknya.
Setelah menjalani berbagai proses, pelantikan terakhir adalah ritual mandi pada tengah malam. Di samping sumur tua sebuah padepokan, dengan telanjang bulat saya jongkok, sambil kedua tangan menyilang memegang ujung jempol kaki. Guru spiritual menyiramkan segayung air diambil dari sumur ke punggung saya.
Terdengar suara dentuman, tubuh saya berguncang. Keesokannya saya baru tahu, terdapat guratan-guratan merah di beberapa bagian punggung Entah oleh apa.
"Pembersihan jiwa! Jangan khawatir," tukas guru spiritual.
Begitu prosesinya. Timbul rasa senang, mengetahui akan ada pengawal mistis di sekitar saya. Ia akan bertambah, bila saya rajin membaca ratusan sampai ribuan wirid yang disyaratkan.
Terbersit juga rasa takut. Kalau tidak bisa merawatnya? Konon pengawal mistis harus rajin diberi "makanan" berupa wiridan itu tadi.
Bila enggak? Menurut sahibul hikayat, mereka akan berbuat onar. Bagaimana caranya? Sampai hari ini saya belum pernah menyaksikannya.
Kekhawatiran tersebut punah, saat bertemu dengan seorang ahli agama yang juga Direktur Keuangan sebuah PTPN (BUMN bidang perkebunan) di Bandung.
Tanpa saya bercerita, beliau mengetahui persis bahwa saya berhubungan dengan dunia mistis.
"Kamu belajar ilmu apa? Gak perlu itu! Kekuasaan tertinggi yang melindungi adalah Allah. Dengan perkenan-NYA kamu dijaga, meski dikeroyok. Buang...!"