Menghadapi teman toksik ibarat bertatap muka dengan wanita cantik sedang menodongkan pistol ke arah kita  Benak hendak mengelak, namun apa daya hati terlanjur terpikat.
Bagaimanapun juga saya harus berterima kasih kepada Gustavo (nama disamarkan). Sebagai pemborong senior ia telah membuka jalan bagi saya untuk memperoleh pekerjaan.
Pekerjaan pengadaan barang yang pertama setelah terjun penuh ke dunia usaha. Mengisi mebeler (masing-masing 40 kursi, 20 meja, 1 set meja kursi guru, 1 papan tulis, dan 1 lemari) untuk 28 ruang kelas tersebar di berbagai Sekolah Dasar.
Tahun-tahun berikutnya, proyek pengadaan semacam itu menjadi pesanan berulang. Baik melalui penunjukan langsung maupun proses lelang, sesuai aturan berlaku.Â
Sampai satu amanat mengubah segalanya. Dari usaha pengadaan barang ke usaha penyedia jasa konstruksi.
Selengkapnya dapat dibaca di:Â Bijak Menyikapi Pilihan Alih Profesi, dari Karyawan Jadi Pengusaha
Di balik kebaikan itu terdapat sejumlah kebiasaan kurang baik Gustavo dalam berhubungan dengan teman-temannya. Mereka merasa tiada hubungan mutual, yaitu hubungan saling menguntungkan satu sama lain.
Ia biasa bermulut manis ketika di hadapan seseorang, tapi menjelek-jelekkan saat di belakangnya.Â
Dalam kaitannya dengan bisnis, kerap memanfaatkan kemampuan temannya tanpa pertukaran seharusnya, entah berupa imbalan pantas atau dalam bentuk komitmen proyek.Â
Alhasil, sejumlah temannya enggan menunjukkan kemampuan di depan Gustavo.