Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Menyikapi Babysitting dalam Worklife

14 September 2021   11:37 Diperbarui: 15 September 2021   03:50 1349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ternyata, salah satu anggota tim tidak menyelesaikan tugas dengan cermat. Ia seharusnya menggambar ulang rencana kerja proyek, bagian per bagian secara detail. Produk tersebut menjadi panduan bagi tenaga lapangan dalam pekerjaannya.

Diketahui, ia mahir menggunakan Autocad, perangkat lunak yang biasa digunakan untuk gambar arsitektur dan sipil. Ia direkrut berdasarkan latar belakang akademik, pengalaman sebelumnya, dan kemampuan tehnik untuk menghasilkan gambar kerja.

Insinyur muda itu tidak melaksanakan tugas sesuai waktu ditentukan. Setiap kelambatan akan berpengaruh terhadap target penyelesaian proyek tepat waktu.

Oleh karena itu, Site Manager --kadang Project Manager-- turun tangan membantunya. Mengoperasikan Autocad dan menghitung kebutuhan bahan serta rencana peletakannya. Atau mengawasi dan menandu insinyur muda mengerjakan tugas.

Dalam hal ini, leader membelanjakan waktu lebih lama daripada waktu dibutuhkan untuk pekerjaan normal. Manajer itu terjebak dalam situasi babysitting.

Insinyur muda itu tidak memiliki inisiatif. Ia lebih banyak menunggu panduan dari leader. Di luar itu, ia sibuk dengan dunia internet. Entah apa yang dicarinya.

Dalam hal lain, ia bisa juga disebut pekerja bermental job order.

Baca juga: Bukan Job Order, tapi Kerendahan Hati yang Bisa Melambungkan Karier

Bayi itu perlu diawasi dengan seksama dari waktu ke waktu. Babysitting terus menerus dapat merugikan leader, keseluruhan tim, dan tujuan yang hendak dicapai oleh perusahaan.

Maka, babysitting adalah situasi tidak sehat. Worklife memerlukan orang-orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap perilakunya dan --tentunya-- digaji untuk menelurkan produk-produk dibutuhkan perusahaan.

Bagaimana atasan menyikapi situasi babysitting dalam tim?

Dibutuhkan tindakan tegas yang cerdik. Bukan seperti pimpinan killer. Ditakuti ketika tampil di depan, dinyinyiri di belakang.

  1. Selenggarakan pertemuan rutin, ajak anggota tim bertukar pikiran tentang hal-hal yang akan dan telah dilakukan, sesuai tugas utama. Berupa target harian, mingguan, atau bulanan.
  2. Secara garis besar, minta mereka menuliskannya sebagai bentuk tanggung jawab bidang masing-masing, termasuk cara-cara kerja dan pencapaiannya.
  3. Bahas tugas yang sudah ditulis, yang menggambarkan tujuan transparan dan terukur (accountable) dari anggota tim.
  4. Berdasarkan itu, lukiskan tujuan menyeluruh dan utama tim, jadwal pelaksanaannya, rencana tindakan, dan peran penting setiap anggota kelompok dalam kerangka besar pencapaian tujuan tersebut.
  5. Pastikan semua anggota tim mengerti mengenai tujuan besar di atas, dengan membulatkan tekad (manifesto).
  6. Buat mereka merasa terlibat dalam proyek tersebut.
  7. Berikan motivasi kepada anggota tim untuk menyelesaikan tujuan masing-masing. Anda hanya mengelola dan memimpin tujuan-tujuan kecil itu menuju target besar.
  8. Bila perlu, jadikan tujuan-tujuan itu sebagai tantangan dengan insentif tertentu. 
  9. Biarkan mereka menikmati pekerjaannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun