"Gak kuat modalnya, Om. Butuh ratusan juta untuk memodifikasi mobil balap retro. Ikut yang lebih murah seperti balap mobil klasik pun tidak mampu membiayainya."
"Begitu ya."
"Iya, apalagi balap mobil Supercar. Kelas itu mah diikuti oleh para Sultan! Kalau saya, bisa ikut balap retro saja sudah keren."
"Baiklah, saya ikut hari Sabtu ini saja. Besok Minggu tidak usah ikut."
Kening Niko berkerut, "kenapa Om? Kan Minggu finalnya. Lebih seru!"
"Enggak. Masih ada pekerjaan yang harus dibereskan."
Setelah membeli karcis di gerbang masuk, Niko mengarahkan Corolla DX ke tempat parkir. Cukup banyak mobil, tapi tidak terlalu memenuhi ruang parkir.
Terdengar suara memekakkan dari knalpot-knalpot free flow. Dadaku berdegup. Ada getaran. Adrenalin berusaha keluar dari dalam pori-pori. Aku menarik napas, meredam gejolak yang membuat perut mules.
"Hayuk Om, sepertinya kita bisa dapat tempat duduk di tribun," seru Niko bersemangat sambil membeli minuman dan camilan.
Selama duduk di tribun menonton balapan, pikiranku melayang-layang, terbang ke masa silam. Aku tidak memperhatikan ujaran dan ulasan Niko atas jalannya balapan.
"Kita ke Paddock!" Seru Niko.