Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Sebelum Terima Assignment, Jawab Dulu "What's More Important than..."

28 Juli 2021   07:55 Diperbarui: 29 Juli 2021   15:04 839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi assignment oleh Mozlase__ dari pixabay.com

Selain tugas-tugas berdasarkan job description atau tugas utama, ada kalanya kita menerima assignment di luar itu. Boleh menolak atau menerimanya. Tapi saya adalah person yang tidak sampai hati menolak assignment dari teman, kendati keadaan tubuh sedang payah.

Lima hari terakhir, kondisi badan tidak baik-baik saja. Terkapar. Hanya mampu duduk sebentar. Keadaan itu bermula dari assignment beruntun beberapa hari sebelumnya. Ternyata tubuh sudah tidak mampu menahan beban penugasan terlalu berat.

Penyumbatan pembuluh darah ke otak, dua setengah tahun lalu, telah melahirkan saya sebagai manusia mati separuh. 

Kerusakan syaraf motorik mematikan setengah badan. Demikian pula memori dan kognisi yang merobohkan bangunan berpikir hingga tersisa setengahnya pula.

Dengan puing-puing tersisa, seharusnya saya tidak lagi menyetarakan kemampuan berpikir sebagaimana manusia normal. Yakni mengurangi berpikir menggunakan otak kiri, tentang mekanisme dan hitungan yang biasa dilakukan dalam pekerjaan-pekerjaan sebelumnya.

Belakangan, saya memanfaatkan bagian otak kanan untuk menghasilkan tulisan. Kegiatan ini menyenangkan, tidak membebani pikiran, dan sedikit banyak berhasil mengekspresikan pokok-pokok pikiran kepada orang lain, terlepas dari apakah para pembaca sepakat atau tidak dengan gagasan tersebut.

Bukan katarsis itu yang hendak saya sampaikan, tetapi "penyakit lama" berupa sifat tidak mudah menolak penugasan dari orang lain. 

Ya, dulu sebagian teman mengandalkan saya dalam menyelesaikan banyak hal yang notabene berada di luar pekerjaan utama.

Sampai sekarang pun kebiasaan buruk itu masih berlanjut. Selama hal itu bisa diolah, saya tidak bakal menolaknya dengan berbagai alasan. Mereka lupa, sekarang kemampuan saya sudah tinggal setengah. 

Bukan salah mereka. Saya saja yang tidak mampu bersikap tegas, menentukan batas-batas yang sebaiknya tidak dilampaui. Tidak menolak assignment bukan tidak berdasar. Sifat gampangan ini muncul karena:

  1. Dukungan kemampuan tersisa (dipaksa ada) untuk menyelesaikan sebuah assignment.
  2. Tersedia waktu cukup.
  3. Hubungan baik dengan teman yang memberikan tugas.
  4. Keinginan untuk menyelesaikannya sebaik-baiknya dengan sesempurna mungkin.

Pada saat masih normal, faktor-faktor itulah yang membuat teman-teman mengandalkan saya tanpa berhitung, bahwa orang lain pun memiliki kapasitas sama atau jauh lebih baik untuk menggarap assignment itu. Bersama-sama soal pendorong lain, pada akhirnya variabel itu menjadi pemicu serangan penyakit mati separuh.

Serangan kesehatan itu membuat saya "tomat" (tobat tapi kumat). Dalam porsi yang jauh lebih kecil, assignment beruntun telah menyebabkan kepala overheating beberapa hari lalu. Udah mah kemampuan berpikir tinggal setengah, digas pol pula. Untung mesin overheating itu tidak sempat meledak, sehingga batal mengirim saya ke alam kedamaian.

Ilustrasi assignment oleh Mozlase__ dari pixabay.com
Ilustrasi assignment oleh Mozlase__ dari pixabay.com

Sebetulnya bisa saja saya melakukan penolakan assignment dari teman tanpa berlaku kasar. Pada dasarnya mereka tetap merasa baik-baik saja, saya saja yang merasa gak enak hati. Enggan menolak.

Di sisi lain, saya rasa menolak adalah penting, mengingat ada kondisi tertentu yang (seharusnya) lebih diutamakan. 

Demikian, sebab saya teringat satu pelajaran dari instruktur bule saat mengikuti sebuah training sekian dekade lampau, yaitu pertanyaan kepada diri sendiri, "What is more Important than....?"

Lebih lengkapnya, frasa tersebut menegaskan, "apa yang lebih penting daripada menyelesaikan penugasan yang berada di luar job description?" 

Kedengarannya seperti matre. Individualis. Tidak. Tidak demikian. Ini adalah sikap profesional yang mesti ditunjukkan dalam dunia kerja.

Maka pertanyaan "what is more important than..." akan meliputi:

Tidak Mengganggu Tugas Utama 

Apa yang membuat assignment itu lebih penting daripada tugas utama? Maka selesaikanlah tugas utama Anda sebelum menerima assignment.

Jika memang lebih penting, sampaikan kepada atasan tentang sebuah argumen logis, sehingga Anda menomor-duakan penyelesaian tugas utama. Contoh alasan kuat: mendadak Anda mendapat perintah dari presiden.

Kesehatan

Apa yang membuat assignment lebih penting daripada menjaga kesehatan, sehingga Anda mau membelanjakan waktu istirahat untuk menggarap penugasan itu? Umumnya assignment dilakukan di luar waktu kerja normal.

Kesehatan adalah hal utama dalam hidup, di mana pada zaman dulu saya selalu mengabaikannya karena terlampau banyak assignment. Percayalah. Kesehatan tidak dapat dinilai dengan uang. Saya sudah membuktikannya.

Keluarga

Apa yang membuat assignment lebih penting dibanding waktu bercengkerama dengan keluarga? Sering kali demi menyelesaikan penugasan, kita mengorbankan waktu bersama keluarga. Cukup berharga tidak pengorbanan itu?

Kebaikan demi Sahabat

Apa yang membuat assignment lebih penting dibanding berbuat baik untuk sahabat? Atau berkumpul dengan para sahabat? Dalam kehidupan, saya rasa perlu adanya kegiatan sosial dan rekreasi.

Namun bila kesehatan, atau keluarga dianggap lebih penting, Anda boleh menolak permintaan sahabat atas sebuah assignment. 

Sahabat sejati mestinya mengerti keadaan ini. Bukankah kebaikan demi persahabatan menjadi tidak bernilai, ketika meredupkan kebaikan bagi diri atau keluarga?

Tujuan

Apa yang membuat assignment lebih penting daripada tujuan hidup yang hendak Anda capai? Bisa jadi, keadaan pada saat ini bukanlah tujuan sebenarnya. 

Ketika sebuah assignment merupakan kunci rahasia menuju tujuan sesungguhnya yang ingin Anda raih, maka lakukanlah.

Kegemaran atau Kegembiraan

Apa yang membuat assignment lebih penting daripada kegemaran Anda? Tepatnya, bila assignment itu merupakan salah satu kegemaran yang menggembirakan bagi Anda, tidak ada salahnya bersenang-senang dengannya.

Unsur-unsur itu tidak berdiri sendiri. Juga masih banyak faktor dapat dikembangkan, yang kemudian menjadi matrikulasi, berkaitan dengan pertanyaan "what is more important than...." tergantung cara pandang dan konteks yang Anda hadapi. Urut-urutan di atas juga bukan harga mati. Bagaimana enaknya saja.

"What is more important than..." akhirnya menjadi pertimbangan dengan menggunakan matriks tersebut di atas. 

Ia adalah rangkaian konsideran penting dalam menolak atau menerima assignment di luar jangkauan job description dan tugas utama kita.

Saat ini, tugas utama saya adalah membangun kesehatan diri dengan tidak membebani pikiran, menjauhi pengaruh-pengaruh emosional buruk, lalu bertualang dalam dunia tulis menulis. Cukup menyenangkan.

Jadi sebelum menerima assignment, ada baiknya Anda menimbang terlebih dahulu di dalam benak, "What is more important than...?"

Apa yang lebih penting sehingga penugasan di luar pekerjaan atau tugas utama atau melampaui job description layak diterima atau ditolak? Jika Anda menolaknya, itu adalah bentuk ketegasan yang tumbuh dari alasan-alasan logis.

Nah, pertanyaan di atas dapat dioperasionalkan dengan pernyataan sebagai berikut, "saat ini lebih penting berbagi makanan, masker, dan sejuta kebaikan kepada mereka yang membutuhkan, daripada mengongkosi covidiot turun berunjuk-rasa dan berbuat onar".

Itu hanya perumpamaan. Enggak usah dianggap serius.

Baca juga: Bukan Job Order, tapi Kerendahan Hati yang Bisa Melambungkan Karier

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun