Pada peristiwa terbenamnya matahari yang sangat indah, tersaji pemandangan menggetarkan. Seorang gadis penunggang kuda di pantai Kuta. Anggun berbaju satin nan tipis. Kulit kuningnya berpendar ditimpa cahaya senja.
***
Rudolfo menerima tawaran Mas Herman. Segala aspek sudah dipertimbangkan dengan matang. Energi dimilikinya masih kuat merantau ke pulau seberang.
Seusai semua ritual, bis malam perlahan bergerak keluar dari pool menuju Jakarta Timur. Ada rasa sesak menyeruak di dada. Rudolfo mengeluarkan napas, kendati dua kelopak matanya tidak mampu membendung air menetes.
Dari Terminal Pulo Gadung bis kembali merangkak, masuk ke jalan tol, lalu melesat menjauhi senja. Menuju Pulau Dewata.
***
Di bagian kiri jalan raya menuju pantai Kuta terdapat lahan seluas kira-kira seribu meter persegi. Tembok batu setinggi satu setengah meter menjadi pembatas dengan tetangga kiri, kanan, dan belakang. Sebuah bangunan berlantai satu menempati sepertiga bagiannya.
Di sekelilingnya tumbuh berbagai jenis tanaman perdu dan sedikit pohon peneduh. Tiada dinding di empat sisi, kecuali di ruang yang disebut dapur.
Dari beberapa bagian lantai terakota bernuansa merah kecokelatan menyembul tiang-tiang kayu besar sebagai kolom penopang konstruksi langit-langit kayu dan atap genting plentong.
Halaman depan terbuka, berlandaskan grass block yang di sela-selanya ditanami rumput gajah mini. Cukup untuk menampung sepuluh mobil diparkir rapat.
Dengan hidangan barat dan oriental, ditambah sajian khas Indonesia, restoran itu menjadi pilihan wisatawan. Sekarang ia berada di bawah kendali Rudolfo.