Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pagi Paling Indah di Seminyak

10 Juli 2021   07:07 Diperbarui: 10 Juli 2021   07:18 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pagi cerah oleh Davidcmiller dari pixabay.com

Kaca berlapis film itu demikian berdebu. Tentunya di dalamnya disesaki udara pengap dan sarang laba-laba. Untuk hari ini, Otis hendak melunasi tempo istirahat. Esok hari ia akan membersihkannya dan melakukan orientasi selintas mengenal wilayah, sembari mencari tempat makan yang sesuai dan --tentunya-- murah.

***

Hari pertama beroperasi, tidak banyak tamu. Ada seorang pria bule bercelana pendek tanpa mengenakan baju. Lumayan. Sudah dua jam ia berselancar menggunakan personal computer. Tampak seorang wanita berambut pirang kulit berbintik, dengan baju tipis tembus pandang, seraya menyenyumi layar. Ditambah dua remaja berseragam sekolah yang memakai komputer sebentar saja.

Sepi. Pertanda tidak baik.

Selama seminggu beroperasi, tamu yang datang dalam sehari rata-rata tidak lebih dari jumlah jari tangan kiri. Satu bulan telah berlalu, posisi pendapatan masih begitu-begitu saja.

Tiga bulan kemudian, sebuah pemahaman telah memusnahkan harapan. Otis baru menyadari, bahwa saat itu bukanlah masa puncak kunjungan turis. Jadi tidak mengherankan, jika warnet dan ruko-ruko sebelah sepi pengunjung.

Pada bulan berikutnya, kondisi keuangan di tangan Otis kian menipis, napas usaha kembang kempis. Pening pada kepala memikirkan denyut usaha yang mulai SeninKemis. Ditambah pula dengan akan jatuh temponya pembayaran tagihan dari provider internet dua hari mendatang. Persediaan uang ditambah perkiraan pemasukan tidaklah mencukupi. Otis mulai senewen.

Pikiran berpilin-pilin hanya untuk menemui jalan buntu. Tiada kerabat, tiada sahabat, tiada pintu keluar. Gelap. Sedangkan Otis sebatang kara di Seminyak.

Syukurlah, akhirnya satu rombongan terdiri dari tujuh orang bule membuka pintu kaca. Seorang duduk dan mulai merambah dunia maya. Enam orang lainnya memandang serius ke monitor. Tidak sampai sepuluh menit, petualangan itu usai.

Sambil membayar biaya sewa koneksi internet, seorang pria bertopi bertanya (pertanyaan dalam bahasa Inggris ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia-pen.),

"Bisakah Anda menunjukkan kepada kami, di mana membeli barang-barang terbuat dari kulit? Tiada keterangan cukup di internet."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun