Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Camilan Korea? Gak Perlu Imitasi, Ini Juga Enak

3 Juli 2021   07:57 Diperbarui: 3 Juli 2021   08:24 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hotdog Korea oleh joelmarrinan dari pixabay.com

Foto camilan keripik Tet-the (kiri) dan keripik Gadung (kanan) tersisa adalah dokumen pribadi.
Foto camilan keripik Tet-the (kiri) dan keripik Gadung (kanan) tersisa adalah dokumen pribadi.
Puluhan ragam camilan itu tersedia di pasar, supermarket, dan toko-toko, bahkan di marketplace.

Hampir setiap pekan, pada hari Sabtu, saya senantiasa mampir ke sebuah toko yang khusus menjual camilan. Di gerai tersebut tersedia puluhan jenis camilan yang bisa dibeli secara kiloan.

Saya biasa membeli 4 macam camilan, masing-masing seperempat kilogram. Untuk camilan yang bobotnya ringan (seperti gadung) cukup 1 ons saja. Kisaran harga perolehan adalah antara Rp 8 ribu sampai Rp 17 ribu. Kalau keripik gadung harganya Rp 40 ribu per seperempat kilogram, atau Rp 17 ribu per ons.

Secara umum, harga-harga itu cukup bersahabat. Lagi pula, banyaknya pilihan dapat memuaskan selera kita.

Ketersediaan jajanan tradisional dan camilan kering yang melimpah, rasa-rasanya kita tidak perlu ikut-ikutan mengimitasi camilan Korea. Jajanan dan camilan khas Indonesia jauh lebih enak dan tersedia dalam banyak pilihan.

Dengan mengonsumsi camilan tradisional, kita turut meningkatkan penggunaan bahan pangan produksi dalam negeri. Juga ikut menggerakkan industri penghasil penganan tradisional.

Walaupun sejengkal, kita sudah melangkah maju dalam rangka melestarikan olahan domestik dan mempertahankan --mungkin-- kultur lokal.

Jadi alangkah mulianya, jika kita tidak melulu mengimitasi camilan Korea, atau dari negara lain. Budaya kuliner kita menyediakan camilan yang melimpah dengan rasa jauh lebih enak. Kalau perlu, dilakukan upaya sistematis untuk mempengaruhi bangsa lain agar menyukai camilan Indonesia.

Jangan sampai, pada suatu ketika camilan khas Indonesia melipir, menyingkir, dan lenyap ditelan gelombang globalisasi, sehingga kelak kita mengimpor camilan asli Indonesia dari negara lain.

Mudah-mudahan tidak.

Sumber rujukan 1: Frulyndese K. Simbar, Jurnal Holistik, Tahun X No. 18 / Juli - Desember 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun