Pada siang paling benderang, kawanan pria berpakaian serba hitam membawa suasana tegang, mengelilingi kursi panjang depan warung kopi tempat bersantai. Mereka bersepuluh dengan wajah perang yang dingin. Aku sendiri.
Para pihak terdiri dari Pejabat Dinas, Konsultan Perencana, dan Konsultan Pengawas telah meninggalkan warung seberang lahan pemeriksaan. Terakhir adalah Pak Bimo, Direktur perusahaan konstruksi yang memenangkan tender proyek Pembangunan Lapangan Sepakbola Mini.
"Kontraktor proyek ya?"
Setelah mengamati situasi, aku berlaku tenang, lalu mengangguk.
"Kalau perlu pengamanan proyek, kami bisa menjadi koordinator" senyum pria legam dengan rambut diikat. Pada dada kirinya tersemat kain persegi berdasar warna kuning dibordir hitam dengan huruf kapital: M. AJID.
"Begitu ya," sambil membetulkan posisi duduk, aku berusaha menarik ujung bibir ke atas.
"Agar proyek berjalan kondusif. Disarankan juga untuk menggunakan warga setempat sebagai tenaga kerja dan pemasok bahan bangunan alam."
"Saya akan sampaikan kepada pimpinan," aku segera beranjak setelah membayar semua makanan, kopi, rokok yang dikonsumsi para pihak dan gerombolan yang entah muncul dari mana.
***
Selain berfungsi sebagai tempat upacara di ruang publik, alun-alun itu merupakan kancah olahraga bolakaki bagi warga setempat. Juga digunakan sebagai arena tanding bola antar desa atau kecamatan (tarkam).
Alun-alun tersebut merupakan salah satu obyek rencana Pemerintah Daerah, dalam rangka mewujudkan lapangan sepakbola bermutu di setiap kecamatan. Lapangan dengan garis main seluas 60X90 meter persegi (garis sentuh ke garis gawang) akan dibuat keren.