Dalam rangka mengetahui body image tersebut, sebaiknya pengemudi melakukan protokol sebagai berikut:
- Mengenali dimensi kendaraan (panjang, lebar, tinggi).
- Mengelilingi mobil dengan perlahan untuk merasakan bentuknya. Naluri akan merekam body image dalam ingatan.
- Masuk ke dalam kabin, lalu menghitung dimensi dan "menyatukan" tubuh mobil dengan tubuh pengemudi.
- Mengatur kaca spion untuk melihat keleluasaan di sekitar mobil.
- Menengok sesaat ke belakang (head/shoulder check) untuk mengetahui dan mengantisipasi blind spots.
- Kemudikan maju mundur, lalu berkeliling di sekitar untuk menguatkan body image.
Setelah menguasai seluruh sudut atau bidang pandang kendaraan, maka pengemudi siap mengendarai mobil dengan aman dan nyaman.
Maka, body image berkenaan dengan proses pembentukan perasaan seorang pengemudi tentang bentuk dan dimensi mobil. Demikian ia agar:
- Menjalankan mobil dengan halus dan mulus, sehingga terasa nyaman bagi dirinya maupun penumpang.
- Mengurangi kemungkinan terjadinya lecet pada bodi mobil akibat serempetan. Bahkan dapat menghindari kecelakaan lalulintas yang lebih parah. Aman bagi harta benda dan jiwa.
Oleh karenanya, body image bukan sekadar perhitungan teknis, tetapi ia merupakan pelibatan rasa pengemudi dalam mengoperasikan mobil, baik yang berukuran kecil maupun besar. Ia adalah citra ukuran dan bentuk kendaraan bermotor yang menubuh pada diri pengemudi.
Dengan body image, pengemudi dapat menjaga keselamatan, keamanan, zero accident, dan kenyamanan dalam nyetir (mengemudikan) mobil.
Semoga bermanfaat.