Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merawat Pancasila, Menyekat Perpecahan Bangsa dan Radikalisme

1 Juni 2021   07:57 Diperbarui: 1 Juni 2021   08:14 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengisyaratkan, bahwa setiap warga memiliki kedudukan, hak, dan kewajiban yang setara. Penerapannya: mendahulukan musyawarah untuk mencapai mufakat secara kekeluargaan demi kepentingan bersama, tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain, menghormati dan melaksanakan hasil musyawarah yang dilakukan dengan nurani dan akal sehat, percaya kepada lembaga perwakilan untuk melakukan musyawarah, dan sebagainya.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Tercapai ketika seluruh komponen rakyat Indonesia telah memperoleh haknya dan sudah melakukan kewajibannya secara proporsional. Kita menerapkan keadilan sosial dengan: menghormati hak orang lain, kekeluargaan dan gotong royong, adil terhadap sesama, menyeimbangkan antara hak dan kewajiban, tolong menolong, tidak memeras, memandang kepentingan orang banyak dengan sikap tidak boros dan bergaya hidup berlebihan, dan sebagainya.

Kita dapat mengembangkan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam Pancasila serta penerapannya, sesuai dengan kondisi dan situasi yang dihadapi.

Sebagai warga negara beretika dan beragama, seyogianya kita merawat Pancasila dengan lebih menguatkan pemahaman kepada nilai-nilai luhur terkandung di dalamnya dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dilakukan untuk menyekat --menghadapi-- tantangan zaman, berupa: perpecahan bangsa, radikalisme, praktik pencurian uang rakyat, dan globalisme ekonomi budaya.

Jadi, jangan sampai bibit-bibit friksi yang berawal dari perbedaan pendapat di WAG beranak-pinak, lalu meluas menjadi persilangan pendapat umum yang berpotensi melahirkan perpecahan di antara saudara sebangsa dan setanah air. Merawat Pancasila adalah sebuah keharusan.

Rujukan:

  1. Franz Magnis Suseno, "Pancasila, Tidak Kurang Tidak Lebih."
  2. Ahmad Syafii Maarif, "Lumpuhnya Pancasila."
  3. Sumber lain-lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun