Perihal cara merawat pakaian, ingatan saya terlontar kembali ke masa silam. Kenangan tentang pelajaran budi pekerti dan keterampilan praktis sehari-hari, selain ilmu pokok.
Pada waktu kelas empat atau lima SD, saya lupa, guru dengan kemampuan ilmu multi disiplin juga memberikan pengetahuan mengenai keterampilan yang berguna untuk kehidupan sehari-hari. Salah satunya berkaitan dengan teknik merawat pakaian.
Di zaman itu lumrah, ketika anak-anak menerima lungsuran, atau barang bekas yang masih fungsional dan layak pakai.Â
Maka anak-anak zaman baheula terbiasa menggunakan buku pelajaran dan pakaian seragam bekas dipakai oleh Ayah, Kakak, dan kerabat yang terlebih dahulu lahir. Terpenting, isi, fungsi, dan maknanya sama.
Pakaian, terutama yang berwarna putih, kadang ternoda, agak kotor karena tersimpan lama, dan kurang cemerlang. Bagusnya, guru di sekolah mengajarkan tentang bagaimana cara merawat pakaian. Kiat yang diberikan oleh beliau demikian kuat melekat pada ingatan.
Dalam rangka mencuci dan merawat pakaian yang cenderung berwarna putih tua, alias sudah tidak cemerlang, guru memberikan tata-cara sebagai berikut:
1. Mencuci secara Teratur
Waktu itu belum ada mesin cuci, sehingga mencuci pakaian (merendam, mengucek, memeras) menggunakan tangan yang dilakukan oleh diri sendiri.
2. Menggunakan Sabun BatanganÂ
Dengan cara menggosokkan sabun persegi berukuran panjang sekitar 20 sentimeter, berwarna hijau, kepada pakaian. Saat itu belum umum sabun colek, apalagi deterjen bubuk dan cair.
3. Menggunakan Deterjen AlamiÂ
Biji klerek (lerak, lamuran, rerek) mengandung saponin, yaitu penghasil deterjen alami yang dapat membersihkan kotoran pada pakaian putih. Ia juga baik digunakan untuk mencuci batik. Bau wangi yang khas merupakan nilai lebih.
4. Kelantang
Atau menjemur pakaian setelah dicuci di bawah matahari. Sinar terang tersebut dipercaya dapat memutihkan pakaian, dengan memecah ikatan kimia dalam noda. Biasanya, pakaian diletakkan di atas rerumputan. Digantung pada tali jemuran, juga boleh. Asalkan jangan terlalu jauh menjemurnya. Pakaian bisa raib.
5. Meneteskan air jerukÂ
Teteskan perasaan jeruk nipis atau lemon di atas noda tinta pada pakaian. Bila noda cukup luas, rendam pakaian dalam campuran air panas dan perasan jeruk secukupnya. Setelah itu, pakaian dicuci dengan prosedur seperti biasa.
6. Memakai Blau
Untuk pakaian lungsuran yang sudah berwarna putih tua (bs. Jawa: bulak alias berwarna kekuningan, karena sudah usang), sebaiknya dicelup ke dalam larutan Blau, setelah dicuci.Â
Dulu, blau berbentuk kubus banyak tersedia di warung sekitar rumah. Pakaian akan kembali cemerlang. Pakaian putih akan memantul kebiruan, saat ditimpa sinar matahari.
Zaman sekarang, bahan pembersih dan cara mencuci pakaian putih jauh lebih beragam.
Bisa jadi anak SD era internet tidak mengenal mencuci sendiri, banyak tempat laundri tersedia. Bisa jadi juga, para pengguna gawai itu tidak mengenal buku dan pakaian lungsuran.
Demikian informasi sekilas, 6 cara merawat pakaian pada zaman dulu, terutama yang berwarna putih, agar awet dan nyaman digunakan, kendati merupakan barang lungsuran.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H