Pada malam takbir, adik saya mengirim hidangan lebaran. Biasa. Menjadi luar biasa ketika antaran itu berupa Topak Ladheh, masakan berkuah yang hanya dibuat saat lebaran dan tidak dijual di warung mana pun.
Dulu yang biasa membuatnya adalah almarhumah Ibu saya. Sebelumnya, saya juga memakannya di rumah nenek di daerah Pangeranan, Bangkalan, Madura pada saat-saat mudik.
Proses pembuatannya cukup rumit, yaitu dengan melibatkan segala macam bahan bumbu. Gabungan dari bumbu, bur obur, potongan ketupat, dan sambal cabai rawit membuat Topak Ladheh menjadi luar biasa lezatnya. Saya kesulitan untuk mencari pembandingnya.
Topak Ladheh berasal dari kata "Topak" yang berarti ketupat dan "Ladheh" yakni sejenis kuah daging. Sedangkan bur obur adalah taburan berupa: sambel tampes dan bubuk kedelai, bawang goreng, kadang es-pa-es (pepes, pais) urap.
Rahasia terbesarnya terletak pada pembuatan Ladheh, di mana tidak setiap orang mampu meraciknya. Karena kaya bumbu, Ladheh sudah tidak memerlukan lagi tambahan bubuk penyedap.Â
Biasanya, Ladheh dibuat dua hari sebelum lebaran. Semakin lama dipanaskan, kuah tersebut akan semakin enak.
Penampilan kuahnya encer agak kecokelatan, tetapi bukan sebab kluwek (bumbu rawon), tetapi karena semua bumbu disangrai, termasuk kelapa parut.
Beruntung adik saya mewarisi pengetahuan mengolah Topak Ladheh. Saya sempat bertanya tentang bahan dan komposisi pembentuk Ladheh. Adik saya hanya menjawab, semua berdasarkan feeling dan pengalaman. Komposisi tepatnya ia tidak mengukurnya.Â
Berdasarkan pengetahuan turun temurun, berikut disampaikan tata-cara membuat Topak Ladheh, sebagai indikasi.
Topak alias ketupat, sudah umum diketahui cara membuatnya.