Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Geng Sekolah yang Terbentuk karena "Common Enemy"

1 Mei 2021   17:07 Diperbarui: 2 Mei 2021   22:02 980
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi geng sekolah oleh AdinaVoicu dari pixabay.com

Senioritas sangat kental. Arogansi mahasiswa senior terhadap juniornya amat kuat. Ada saja "penindasan" dilakukan oleh mahasiswa angkatan lebih lama kepada yang baru.

Sampai pada satu kejadian selama perpeloncoan membuat semangat perlawanan mahasiswa baru bangkit.

Bangun melawan karena para mahasiswa baru mempersepsi adanya common enemy. Musuh bersama, yaitu mahasiswa senior yang berlaku semena-mena, walaupun kami telah mengikuti aturan dan prosedur ditetapkan.

Dipicu peristiwa itu, puluhan mahasiswa baru berkumpul di satu tempat, membahas kegelisahan tersebut. Penggagasnya adalah sekumpulan perantau, yang pada perkembangan berikutnya menjadi sebuah geng.

Dengan sumber daya yang dimiliki, mahasiswa baru melawan dengan segala cara. Bukan dengan kekerasan fisik, tetapi kekuatan penggentar dan diplomasi yang meruntuhkan lembaga senioritas.

Selain didukung kemampuan extraordinary salah satu anggota geng, sebagian besar dari kumpulan perantau itu merupakan anak-anak petinggi negeri. Itu adalah bagian dari modal.

Baca kisah selengkapnya: Ospek Beraroma Kekerasan, Bisakah Diganti dengan Andragogi?

Sejak saat itulah, angkatan kami merupakan satu-satunya gelombang mahasiswa baru yang disegani (bukan ditakuti) oleh mahasiswa senior.

Dalam perjalanan berikutnya, praktik perpeloncoan dengan kekerasan bertransformasi kegiatan pengenalan kampus kepada mahasiswa baru dengan teknik andragogi.

Jadi persepsi common enemy, dapat membentuk sekumpulan orang bersatu yang disebut geng sekolah atau kampus.

Begitulah keseruan menjadi anggota geng kampus, jika tidak boleh disebut sebagai geng sekolah. Menurut hemat saya, keberadaan geng sekolah/kampus akan berpengaruh positif, jika bertujuan dan berlaku positif pula.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun