Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tradisi Sahur: dari Toa, Tabuhan, hingga Sirene

1 Mei 2021   05:56 Diperbarui: 1 Mei 2021   05:56 1365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sahur merupakan kegiatan makan terakhir sebelum berpuasa, terhitung sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Dengan itu waktu makan sahur dilaksanakan pada dini hari, ketika mata masih terkantuk-kantuk.

Bangun untuk makan sahur bisa karena kebiasaan dan kebisaan, atau sebab bunyi alarm, atau juga lantaran suara-suara membangunkan sahur.

Suara tersebut berasal dari kentungan, tabuhan, dari pengeras suara di masjid, atau disesuaikan dengan tradisi sahur di daerah setempat.

Tradisi sahur, atau membangunkan orang untuk makan sahur, tentu berbeda-beda pada setiap wilayah. Bisa jadi di daerah tertentu, tradisi sahur ini sangat menarik.

Bagaimana dengan suasana sahur di daerah perkotaan?

Di lingkungan tempat tinggal saya ada dua kebiasaan yang kemudian menjadi tradisi sahur.

Membangunkan Sahur

Sebagian orang rela membangunkan mereka yang berniat menahan diri dari segala yang membatalkan (imsak) dengan berbagai cara.

Ada pihak yang berseru melalui pengeras suara masjid, 2 jam sebelum batas akhir waktu sahur. Dengan itu, ibu-ibu bangun untuk menyiapkan hidangan sahur bagi keluarga.

Untuk tradisi ini, sampai sekarang masih dilakukan di lingkungan tempat tinggal saya yang adalah perkotaan.

Sedangkan tradisi lain adalah membangunkan sahur dengan memukul tabuhan, yang dilakukan oleh anak-anak muda sambil berkeliling kampung.

Peralatan yang digunakan bukan kentungan, tapi peralatan apa saja yang dapat menghasilkan bunyi-bunyian bila dipukul-pukul.

Suara Sirene dari Markas Militer

Sekitar 10 menit sebelum adzan Subuh berkumandang, terdengar suara nyaring. Sirene tersebut berasal dari sebuah markas militer tidak jauh dari kompleks permukiman tempat saya tinggal.

Suara melengking itu sengaja diperdengarkan sebagai peringatan, bahwa waktu makan sahur hampir habis.

Sampai sekarang, peringatan tersebut masih terdengar jelas.

Begitulah kisah singkat tentang tradisi sahur di sekitar tempat tinggal saya. Dimulai dari upaya membangunkan melalui Toa atau pengeras suara masjid, tabuhan, dan ditutup dengan suara sirene sebagai penanda bahwa waktu sahur hampir berakhir.

Apakah di daerah lain ada tradisi sahur? Mestinya ada, namun dengan cara, gaya, dan nada berbeda.

Selamat menjalankan ibadah puasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun