Perihal produktivitas dan kualitas kedelai hasil pertanian domestik, memang iklim berpengaruh terhadap produktivitas per hektar tanam, di mana penyinaran matahari di Indonesia hanya berlangsung selama 12 jam sehari, dibanding 16 jam di AS.
Namun perlu dipertanyakan atas keberadaan belasan lembaga riset dengan ribuan peneliti di Kementerian Pertanian. Alasan produktivitas dan kualitas terlalu sumir.
Kemarin pada saat berjalan kaki membeli ketoprak (baca di sini), saya melihat spanduk gede pada sebuah lembaga penelitian pangan milik Kementerian Pertanian yang mengiklankan benih kedelai unggulan. Uraian pada spanduk itu demikian meyakinkan, yang mudah-mudahan bukan sekadar keindahan dalam menyusun kata, tetapi memang nyata adanya.
Dengan kata lain, persoalan produktivitas dan kualitas kedelai hasil pertanian lokal dapat ditingkatkan dengan sekian banyak lembaga riset milik Kementerian Pertanian RI.
Singkat kata, jangan sampai program melipatgandakan produksi kedelai dalam waktu 200 hari dan swasembada kedelai merupakan lagu nina bobo untuk menenangkan kegelisahan para perajin tahu tempe.
Jangan sampai juga mereka terbangun dalam keadaan menjerit lebih melengking karena harga kedelai kembali naik, sementara janji-janji masih di atas langit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H