Setelah diolah, penganan kenyal dan licin itu mulus melalui kerongkongan menuju perut ketika ditelan, sehingga disebut Mi Glosor oleh warga Bogor.
Berwarna bening kekuningan yang mengkilap, dengan wujud kenyal, lembut, dan licin, mi glosor menjadi salah satu penganan populer di Bogor.
Menurut sahibul hikayat, penganan rakyat berawal di Tasikmalaya itu telah ada sejak 1950-an. Cerita lain meriwayatkan, ia berasal dari Sukabumi yang dibawa ke Bogor pada tahun 1970-an.
Mi yang paling dicari pada bulan Ramadhan itu biasanya ditumis bersama sawi berbumbu sederhana dengan topping saus kacang. Paling banter, mi glosor dikunyah bersama gorengan tempe, bakwan, kroket, dan sejenisnya.
Berarti, di luar waktu Ramadhan ia tidak ada?
Kadang pedagang nasi uduk menyediakan pada hari biasa.
Sabtu pagi tadi saya berkeliling, menyusuri perkampungan. Di antara beberapa penjual nasi uduk tidak tampak mi glosor, kecuali pada sebuah warung rumahan yang terletak di dalam gang. Gerai penjualan nasi uduk, gorengan, bihun goreng tersebut menyediakan mi glosor.
Seperti diduga sebelumnya, sesendok mi glosor masuk ke mulut tanpa dikunyah, meluncur ke dalam pencernaan. Tidak seperti mi terigu, rasanya lembut cenderung didominasi oleh rasa saus kacang yang cukup pedas.
Rasa kenyal, licin, lembut, dan pedas menyatu, lalu meluncur mulus masuk ke dalam perut. Sekian kali suapan, piring coklat licin tandas. Rasanya enak, sebagaimana digambarkan di berbagai ulasan. Kenyang dalam kenikmatan.