(Untuk) menjadi penulis yang serius, maka (ia) harus menjadi pembaca serius
Demikian ujar Henry Manampiring, pada kesempatan mengulik (seluk-beluk) di balik proses penulisan buku Filosofi Teras (FT). Buku best seller tersebut merupakan tulisan filsafat yang dikemas dengan gaya populer.
Waktu dua jam, dari pukul 14.00 sampai 16.00 WIB, terasa singkat untuk acara "Ngobrol Proses Kreatif Penulis PBK" pada hari Kamis tanggal 18 Maret 2021 baru lalu via Zoom.
Webinar ke-12 yang diadakan oleh Komunitas Penulis Penerbit Buku Kompas (KP-PBK) dibuka dengan sambutan dari P. Tri Agung Kristanto (Wakil Pemred Kompas), dipandu oleh petinggi KP-PBK, Amanda Setiorini (penulis traveling) dan A. Bobby PR (penulis buku biografi).
Selain FT, Henry Manampiring juga menghasilkan buku "Alpha's Girl Guide", "Alpha's Girl Playbook", "Cinta Tidak Harus Mati", dan"7 Kebiasaan Orang Yang Nyebelin Banget", kalau tidak salah ingat.
Blogger yang aktif di Multiply sebelum adanya Facebook, Instragram dan medsos lainnya itu bekerja pada sebuah agensi (periklanan dan kehumasan), bertolakbelakang dengan bidang Ilmu Ekonomi yang dipelajarinya di Universitas Padjadjaran.
Pria berkacamata yang mengaku introvert itu giat mencurahkan kegelisahan melalui blog, medsos, Twitter, dan kemudian buku. Menurutnya, medsos merupakan sumber inspirasi, tempat mencari narasumber relevan, survei buku, dan sekaligus sebagai ajang untuk tes ombak.
Sejak tahun 2005, Selebtweet tersebut rajin menulis mengenai pengamatan dan pengalaman sehari-hari di dunia medsos. Kumpulan celotehannya akhirnya dibukukan oleh PBK.
Pada kesempatan siang itu diunjukkan buku FT edisi 20, sementara proses cetak ulangnya sedang berlangsung.
Obrolan tentang proses di balik penerbitan buku tersebut diikuti oleh 225 peserta dari berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri, serta penyusun kata pengantar buku FT, Dr. Augustinus Setyo Wibowo.
Dosen Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara tersebut memuji kehebatan Henry untuk terus belajar, bahkan mengikuti kelas filsafat di ST Driyarkara, dan mampu membumikan filsafat. Romo Setyo Wibowo menuturkan, membumikan filsafat adalah hal yang tidak pernah bisa dilakukan oleh dosen filsafat.
Catatan dalam diary ini bukan resensi buku atau membahas substansi karya tulis Henry Manampiring, tetapi berlaku sebagai pengingat kepada pribadi.
Maka dari itu, berdasarkan coretan acak-acakan dan ingatan berantakan, di bawah ini diuraikan pokok-pokok pembicaraan, sebagai berikut:
- Proses untuk bisa menulis (buku) memerlukan waktu lama dengan latihan berulang-ulang, terus-menerus dan tidak memercayai adanya jalan pintas atau instan.
- Power of writing bagi diri sendiri, di mana menulis merupakan terapi bagi penulis yang berkesempatan untuk berdialog dengan diri sendiri: apakah dengan proses belajar, melakukan penelitian, menyelenggarakan survei, maupun mengadakan wawancara dengan narasumber. Ia merupakan sarana untuk menggali ilmu.
- Sedangkan bagi orang lain, karya tulis adalah untuk menghibur, memberikan cara pandang (insight) baru, juga membantu perbaikan hidup (self improvement).
- Pemicu menulis adalah bukan sekadar ingin berbagi pengetahuan, tetapi merasakan adanya topik yang menyentuh pribadi. Ada gagasan yang menggerakkan (move you) untuk menulis buku.
- Menulis adalah berbagai pengetahuan sambil belajar tentang pengetahuan itu sendiri.
- Menetapkan komitmen kepada diri sendiri untuk konsisten menulis.
- Penulis berusaha lebih keras untuk berempati kepada pembaca yang disasar. Misalnya, ketika mengenalkan filsafat kepada anak muda, usahakan menggunakan bahasa populer dan non teknis ditambah ilustrasi.
- Menulis adalah menggali pengetahuan, dengan cara mengikuti sesi/kelas yang sesuai, mencari narasumber yang sepadan, dan membaca banyak referensi, termasuk buku berbahasa Inggris.
- Dengan banyak membaca akan menemukan hubungan (keterkaitan), lalu muncul gagasan baru yang kemudian ditulis dan dibagikan kepada pembaca. Jadi pada dasarnya kreativitas itu menciptakan hubungan baru, bukan hal baru.
Itulah kiranya pokok-pokok pembicaraan disampaikan oleh Henry Manampiring yang sempat saya catat.
Namun amatan paling menggores benak adalah: menjadi penulis yang serius, maka ia harus menjadi pembaca yang serius pula.
Demikian risalah asal-asalan yang dituliskan di dalam diary ini.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H