Langit cerah di Minggu pagi mendadak muram oleh gerutu Umi, mengeluhkan salah satu pelanggan yang ngomel-ngomel.
Umi penjual nasi uduk berkisah, seorang yang menjabat sebagai ketua Dewan Kemakmuran Mesjid (DKM) telah ingkar janji mengenai pesanan. Atas kerugian tersebut, ia menegur. Namun, pria itu malah berkeras lalu marah-marah kepada ibu yang telah sepuh itu.
Pangkal permasalahan secara pasti, aku tidak mau mendengarkannya. Pun enggan menyimak gerundelan Umi yang berkepanjangan. Percuma. Hanya akan menambah sampah emosi di dalam pikiran yang sudah terlampau sesak oleh persoalan.
Diari,
Pada hari di mana Gunung Salak bertengger di atap gedung, aku sengaja membawa kotak makanan untuk wadah nasi uduk, demi mengurangi bungkus plastik. Aku rasa itu cukup untuk sarapan bertiga.
Lagi pula, menanggapi, memikirkan, dan memperdebatkan ocehan semacam itu hanya akan mengundang energi negatif. Lupakan atau abaikan saja.
Ya, sesekali aku juga mengabaikan keluhan tak berujung pangkal, gerutu, ocehan, dan segala caci-maki di lini masa medsos, termasuk di grup-grup WA. Aku hanya menyerap hal-hal baik dan berguna, seperti ungkapan penyejuk hati, pencerahan, penyemangat hidup, juga hiburan.
Aku sudah terlalu kenyang menyemburkan cacian kepada, pun menampung kemarahan dari, orang lain. Capek.
Sudah saatnya aku menghindarinya. Otakku memang tidak muat menampung ujaran-ujaran negatif.
Sejak beberapa waktu lalu, dengan sengaja aku puasa medsos pada hari-hari tertentu barang sejenak. Dimulai dengan mematikan koneksi WiFi dan data setiap hari Sabtu dan Minggu pagi.
Toh masih ada sambungan komunikasi, melalui telepon dan pesan pendek. Sama sekali tidak hilang hubungan, atau ghosting, kata anak zaman now.
Pada waktu setelahnya, aku memantau percakapan dan status di linimasa secukupnya. Yang membawa kebaikan, aku ambil. Yang mengajak ke pikiran ruwet, aku hapus atau tinggalkan.
Ternyata, dengan itu, hidup terasa luas, cerah, menyenangkan, hening, dan tenang.
Sepi? Nyepi dong!
Diari,
Apa pun sebutannya, sepi atau Nyepi memang menghadirkan ketenangan yang menurutku dapat membawa kepada cakrawala kreativitas. Alam semesta menyediakan gagasan dengan jumlah tidak terbatas. Aku percaya, bahwa ia berasal dari sang Maha Pemilik Semesta.
Aku sekadar penerjemah gagasan yang kemudian menyampaikannya kepada orang lain, apakah itu dalam bentuk lisan maupun tulisan, yang seyogianya bermanfaat bagi orang lain. Bukan yang menyebabkan sesak pikir.
Kalaupun diambil oleh orang lain, berarti interpretasi gagasan menyebar luas, digulirkan kepada lebih banyak orang, asalkan memenuhi asas yang mengatur tentang hak cipta. Itu menurut pendapatku. Orang lain bisa memiliki pendapat berbeda.
Diari,
Hari ini adalah hari besar yang dirayakan oleh umat Hindu pada Tahun Baru Saka. Hari Raya Nyepi 2021.
Aku memaknai Nyepi secara universal. Mengheningkan diri dari kegiatan berhawa negatif. Menikmati akhir pekan, mungkin hari-hari lain, yang cerah penuh rasa syukur, tanpa menggerundel, menggerutu, ngomel-ngomel, dan menegasikan semua percakapan buruk.
Oleh karena itu, agar universalitas itu tidak terusik, maka aku puasa medsos, berhenti memantau percakapan-percakapan di dalam linimasa, dengan mematikan koneksi internet. Hanya sekian jam setiap pekan, aku rasa hal itu tidak akan mengurangi apa-apa.
Selamat Hari Raya Nyepi Tahun Baru Caka 2021, bagi yang merayakannya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H