Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Pendekar Hukum Bersahaja yang Ditakuti Koruptor Itu Telah Tiada

1 Maret 2021   17:51 Diperbarui: 1 Maret 2021   18:17 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali ke persoalan sengketa. Belasan tahun sebelumnya, rumah VB yang terletak di kawasan elite tersebut disewakan kepada warga keturunan Jerman.

Pada saat berakhirnya masa sewa, penghuni itu enggan keluar. Bahkan mengaku sebagai pemilik sah. Akar permasalahan secara persis, saya kurang paham.

Setelah kasus naik ke Mahkamah Agung, Pakde dan Bude sering bolak-balik ke Jakarta. Mengurus perkara di MA. Setelah menghabiskan waktu lama, tenaga, dan biaya yang tidak sedikit, akhirnya rumah tersebut kembali bisa dikuasai.

Untuk apa biaya banyak itu?

Sejumlah uang diperlukan agar berkas perkara bisa didahulukan, dari tumpukan bawah dipindah ke atas. Selain itu, uang digunakan untuk menyuap bin menyogok hakim agar neraca keadilan timpang sebelah, ke sisi Pakde dan Bude.

Kisah penyuapan semacam itu sulit diungkapkan secara terperinci di muka umum. Apalagi dibuktikan.

Bisa jadi kasus di atas adalah setitik buih di tengah samudera korupsi.

Jumlah kasus korupsi ibarat tumpukan sampah yang menggunung, bau bacin, dengan limpasan cairan keruh yang menyebar ke seluruh sendi kehidupan. Korupsi telah mencabik-cabik tubuh Ibu Pertiwi, menyebabkan luka bernanah yang menyebarkan bau busuk.

Namun demikian, para koruptor, yang notabene adalah pejabat publik, menyeruput dengan nikmat larutan keruh, bacin, dan berbau busuk itu di atas penderitaan rakyat.

Setitik kisah rumah VB di atas mengkonfirmasi, bahwa tindakan suap pernah (dan akan selalu) terjadi pada lembaga peradilan tersebut

Artidjo Alkostar adalah seorang pejabat publik yang berjuang menyapu dan membersihkan tumpukan sampah itu. Ia berada di dalam institusi yang dianggap oleh masyarakat sebagai tempat terjadinya korupsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun