Bimbang menerjang benak Bambang. Pikirannya melayang. Hari ini ia harus menimbang: nyaman berpenghasilan rutin sebagai pegawai kantor, atau berbisnis dengan spekulasi pendapatan naik turun tanpa batas.
Pergolakan batin membuatnya pusing tujuh keliling.
Sepanjang hari Bambang hanya tercenung, sedikit banyak ia merasa eman)* jika harus meninggalkan kantor dan menanggalkan jabatan yang telah memberinya kemakmuran.
Keluarga besar menjulukinya raja minyak. Pertemuan, perjalanan piknik, dan makan-makan di restoran bersama handai taulan menjadi tanggung jawab Bambang untuk membiayainya.
Walau tidak terlalu besar, ia memiliki rumah cantik di kompleks elite. Kendaraan sehari-harinya adalah sedan bagus keluaran terbaru.
Kedudukan di perusahaan bonafid telah membawa Bambang kepada hidup terjamin, nyaman, dan aman. Menjadikannya pria ideal pada lingkungan sosial kota besar.
Perkara memusingkan timbul kemarin sore. Berkenaan dengan hasil rapat terakhir, setelah beberapa kali pertemuan dengan sahabat-sahabatnya di kampung halaman, sebuah kota kecil yang dapat ditempuh dalam dua jam perjalanan naik mobil mulus.
Jimmy dan Totok telah memastikan sebuah rencana besar. Rancangan bisnis yang memproyeksikan pemasukan fantastis dan, pastinya, penghasilan menakjubkan bagi mereka bertiga.
Jimmy adalah seorang pemborong senior, dikenal memiliki hubungan dekat dengan Pak Walikota yang sukses memimpin kota kecil itu untuk kedua kalinya.
Kabar angin bercerita, bahwa keberhasilan itu atas dukungan dari kawan karib pejabat daerah itu, yang adalah pemborong dan mampu menyumbang ongkos kampanye, lalu tutup mulut.
Kendati susah dibuktikan, pertukarannya mudah ditebak, yaitu: Jimmy diistimewakan pada kesempatan pertama untuk memperoleh proyek-proyek yang nilainya besar dengan cuan)** tebal.