Sahabatku,
Sesungguhnya aku tidak ingin menepi dari telaga keindahan, tetapi aku hanya bisa menyalakannya dalam bisu. Meskipun demikian, aku tetap mengasihimu sebagai sahabat. Sungguh. Kamu adalah milik suami dan anak-anakmu.
Sekarang aku hendak bermunajat demi kebahagiaanmu, berdoa paling khusyuk untuk ketenteramanmu sekeluarga nun jauh di sana.
Sahabatku,
Surat ini ditulis karena kabar pilu yang kuterima mengabutkan kedua mataku dalam sendu yang tidak berkesudahan.
Aku demikian berduka, terbata-bata tanpa kuasa berkata-kata.
Selamat jalan sahabatku.
Catatan:Â
karya ini diikutsertakan dalam rangka mengikuti Event Surat Rindu untuk Sahabat yang Berduka