Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[RTC] Surat kepada Sahabat

31 Januari 2021   19:57 Diperbarui: 31 Januari 2021   20:10 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Pexels dari pixabay.com

Sahabatku,

Untuk melupakan sejenak kabar muram itu, ada baiknya aku membongkar kenangan. Aku mengenalmu sebagai murid pindahan, setahun sebelum lulus SMA, yang duduk bersebelahan denganku. Aku adalah teman pertamamu di sekolah itu. Kamu demikian baik. Aku senang berteman denganmu.

Eh, kok ndilalah kita masuk di perguruan tinggi dan fakultas yang sama. Barangkali kita sejiwa. Memang dalam beberapa hal ada kesamaan sifat di antara kita, kendati tidak bisa dimungkiri terdapat perbedaan yang sangat mendasar.

Sahabatku,

Hari pertama masuk kampus, kita berdua kena hukum senior. Menurutku kesalahannya sepele, kita berdua datang dengan mengendarai sepeda motor. Kamu naik bebek berwarna hijau pupus, aku memakai bebek merah cabai. Sama merek dan sama menyalanya.

Rupa-rupanya, membawa sepeda motor ke kampus diharamkan semasa Ospek. Namun dibalik hukuman itu, terdapat hikmah yang bisa kupetik: kita semakin dekat, menyala dengan motor serupa.

Sahabatku,

Kuliah adalah telaga keindahan tanpa tepi. Selalu bersamamu adalah kegembiraan. Kamu adalah keindahan itu sendiri. Apakah kamu merasakannya?

Kamu pasti ingat. Karena aku selalu ingat. Banyak yang mengira kita adalah dua sejoli yang selalu menyala dengan sepeda motor hijau pupus dan merah cabai. Sebuah kebersamaan yang pada akhirnya tiba di tepi.

Kamu pindah ke kota di lain pulau. Dibawa oleh suamimu.

Aku sempat berharap, ada keterpaksaan. Kamu tidak mencintainya lalu memberontak, melarikan diri ke pelukanku. Tetapi itu di sinetron. Dan juga realitanya, aku tidak pernah sekalipun menyatakan satu hal yang pasti kepadamu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun