Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sebuah Pengakuan Dosa akibat Terseret Arus Pergaulan

27 Januari 2021   11:55 Diperbarui: 27 Januari 2021   12:14 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar mimpi oleh Claudio_Scott dari pixabay.com

Diary,

Aku terjebak ke dalam pusaran, terseret arus, dan kemudian menikmatinya. Itu adalah satu dari ribuan dosa yang membuatku tersiksa. Serasa dikejar-kejar hantu takberwujud melayang di alam mimpi.

Begini,

Setelan meraup keuntungan 3 miliar dari proyek pemerintah pusat senilai Rp 6,1 miliar di tahun 1995, pada tahun berikutnya kantor membuat proyek lagi. Ya, membuat proyek, bukan mencarinya. It's not business as usual. Bukan proyek pemerintah setempat dan sektoral (instansi pemerintah nonpemda) sebagaimana biasanya.

Cara membuatnya, para pemikir, atau disebut strategic planner, di perusahaan tempatku bekerja menyusun konsep untuk diajukan sebagai proyek. Marginnya lebih tebal dibanding proyek biasa yang menawarkan keuntungan "cuman" 10%.

Diary,

Singkatnya, pelobi kantor berkolusi dengan gubernur dan sekretaris daerah sebuah provinsi kaya. Akhirnya, pejabat publik tersebut menerbitkan Surat Keputusan pembentukan suatu badan optimalisasi perusahaan daerah milik Pemda Provinsi.

Ia juga menandatangani SK pengangkatan pengurus. Aku berlaku sebagai Bendahara. Gaya dong!

Orang-orang swasta yang bekerja meneliti kinerja 10 perusahaan daerah itu memberikan masukan dan memandu agar advis tersebut dilaksanakan oleh manajemen perusahaan daerah. Pemda menyediakan anggaran sebesar Rp 3 miliar untuk pekerjaan jasa konsultan dan pendampingan tersebut.

Diary,

Untuk ukuran tahun 1996 duit segitu gede banget lho! Bukan lagi disebut banyak.

Rahasianya, strategic planners berhari-hari menyusun Terms of Reference (TOR) atau Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang di dalamnya bergelimang istilah keminggris. Misalnya, lesson learnt, world class company, benchmarking, excellent values, dan lainnya yang aku sendiri sudah lupa.

Konsep bagus di atas kertas diusung lobbyist ke kantor gupernuran dengan penjelasan keren. Penyajian dan penyampaian yang memesona memikat jajaran pejabat pemda. Saking indahnya, banyak orang yang hanya manggut-manggut tidak mengerti.

Diary,

Sori ya bila aku express my opinion terkadang bercampur vocabulary impor. Sekali-kali gaya enggak apa-apa ya? Tapi jej ngarti kan? Ayam sori klo nglantur.

Diary,

Proyek itu memberikan keuntungan yang dahsyat, lebih dari setengah. Produk yang disampaikan ke pihak Pemda berupa papers, eh, kertas kerja dan laporan, selain cungur atau tuturan bertabur istilah asing nan indah.

Gak ada yang meributkan?

Sempat sih menjadi polemik di koran lokal yang memancing aparat inspektorat turun gunung. Namun dengan amplopan ke beberapa pihak dan kepala instansi pemeriksa keuangan, kontroversi itu tenggelam.

Diary,

Masih banyak proyek serupa yang ingin aku sampaikan, tetapi takutnya berkepanjangan. Lagi pula aku sudah lelah.

Diary,

Akhirnya, kenakalan pada masa lampau masih terngiang sampai detik ini. Bukan sebab bangga telah mengadali pejabat publik dan mengambil keuntungan darinya.

Bagaimanapun, anggaran Pemda adalah uang setoran pajak, iuran, atau apa pun hasil potongan keringat orang banyak. Duit rakyat.

Itulah yang menghantuiku pada malam-malam resah berpeluh gelisah.

Diary,

Aku merasakan penderitaan akibat dosa yang entah kapan berakhirnya. Aku hanya bisa meminta maaf kepada siapa pun pembayar pajak.

Aku berdoa agar diberikan cahaya yang menerangi gelapku. Atau, aku ingin menjelma berupa cahaya yang menghampiri cahaya suci-NYA, barangkali.

Diary,

Dengan ini aku sampaikan, tindakan korupsi adalah akibat pergaulan dengan orang-orang di perusahaan yang dalam setiap bisnisnya praktis berkolusi, pada kala itu.

Diary,

Walaupun aku tahu tidak akan dapat memupus dosa dan penderitaan, namun coretan ini sedikit melegakan.

Dan berjanjilah kepadaku agar tidak menceritakannya kepada siapa-siapa, kecuali kepada mereka di ruang hampa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun