Sebagaimana halnya jatuh cinta, perhatian tulus dari pemilik merupakan nyawa bagi bisnis F&B.Â
Seorang sahabat mengajukan pensiun dini dari jabatannya sebagai customer service di sebuah bank swasta nasional. Sebagian besar uang pesangon yang diterima diinvestasikan dalam bentuk rumah. Sisanya berupa tabungan.
Agar mendapatkan penghasilan, ia menggagas keinginan berbisnis. Untuk merealisasikan rencana usaha itu, saya memberikan beberapa pertanyaan:
- Dipandang dari sisi minat, bakat, dan kesenangan, pilihan usaha apa yang dirasa paling sreg? .
- Berapa banyak dana yang ditanamkan?
- Sudah siapkah untuk menekuni usaha sepenuhnya?
- Bisakah konsisten menjalankan usaha apa pun yang terjadi?
- Dan, apakah bisnis yang akan dijalankan sekadar ikut-ikutan?
Masih banyak lagi pertanyaan dikemukakan, termasuk, siapakah yang beruntung mengisi hatinya? Enggak ding! Bercanda.
Jawaban atas pertanyaan di atas mencerminkan keseriusan dari calon pelaku bisnis.
Dipilihnya kegiatan membuka warung Bakso dan Mi Ayam, dengan pertimbangan, makanan itu adalah favoritnya. Mestinya produk kuliner itu digemari banyak orang, sehingga probabilitas tingkat penjualannya bisa dianggap tinggi. Selain itu, asisten rumah tangganya pernah terlibat dalam proses produksi bakso.
Keunggulan lain, single parent berputra satu itu pandai memasak. Baginya, bukan sebuah hal rumit untuk mencari dan mengembangkan masakan bercita-rasa lezat.
Oleh karena itu, saya merakit kalkulasi sebagai panduan menjalankan usaha kuliner itu. Lumayan panjang. Barangkali pada kesempatan lain akan digambarkan.
Singkatnya, berdasarkan kepastian usaha dari yang bersangkutan dan perhitungan keekonomian, saya mulai berburu perlengkapan dan tempat usaha. Tidak terlalu lama, sebuah tempat strategis berharga sewa terjangkau didapatkan.
Sementara menunggu gerobak aluminium selesai dirakit, tempat itu direnovasi dengan warna cerah dan ditingkatkan pencahayaannya. Tempat terang memberi kesan ruang bersuasana lapang juga bersih yang akan menarik perhatian calon pengunjung.