Merasa menulis bukan bidang diminati, saya menelantarkan akun Kompasiana teronggok dalam sudut sunyi yang purba.
Tahun 2019, disebabkan oleh satu dan lain hal, saya membuka kembali akun yang sudah dipenuhi sarang laba-laba. Lupa password-nya!
Untungnya Kompasiana menyediakan mekanisme pemulihan akun. Berikutnya akun itu berhasil divalidasi. Pada pertengahan tahun 2020, mendapat verifikasi biru. Terimakasih.
Lalu satu tahun terakhir menjadi periode belajar, tentang bagaimana menghasilkan karya tulis yang bisa dinikmati oleh banyak orang.
Tidak seperti sebelumnya di mana hasil tulisan hanya untuk kalangan terbatas, di Kompasiana sidang pembaca dari berbagai latar belakang menjadi konsideran.
Dari waktu ke waktu saya mengasah kemampuan menulis agar artikel ditayangkan menjadi lezat dilahap pembaca yang sangat beragam seleranya.
Saya pun membaca setiap artikel para Kompasianer yang hebat-hebat. Kira-kira apa yang menjadi pembeda. Mulanya, semua artikel tampak sama saja, tetapi lama-kelamaan terasa nuansa keindahan dari masing-masing artikel.
Saya mulai rajin menyantap buku tentang apa saja, selain buku yang berkisah tentang kepenulisan. Juga belajar dari penulis-penulis yang mumpuni dalam bidangnya.
Bak mengasah pisau tumpul membatu agar ketajamannya mampu menjelajah belantara ulasan. Saya berpetualang dalam rimba rasa yang penuh dengan belukar imajinasi demi memunguti kata-kata.
Tujuannya taklain dan takbukan agar saya bisa menyuguhkan karya tulis yang bisa dinikmati khalayak. Itulah kualitas yang hendak diraih.
Selesai sampai keadaan itu?