Menjadi penulis merupakan hasil latihan dan mengasah kemampuan secara kontinyu, bila tidak percaya adanya suatu kebetulan
Saya memiliki akun Kompasiana pada awal tahun 2011, merespon desakan seorang kawan untuk turut meramaikan blog keroyokan itu. Lama ya?
Kesertaan di sebuah blog dalam selang waktu panjang mestinya sudah menghasilkan ribuan artikel.Â
Senyatanya tidak. Delapan tahun, dari tahun 2011 sampai 2019, hanya menghasilkan puluhan artikel.
Barulah sejak triwulan keempat tahun 2019 saya mulai rajin mengisi kanal-kanal yang tersedia di blog milik Kompas Gramedia Group itu.
Lumayan. Lebih dari 300 artikel berbagai kategori telah ditayangkan sampai sekarang.
Latar belakang saya bukanlah ruang kepenulisan, sehingga tidak patut juga disebut sebagai penulis.
Sebelumnya, dunia saya berhubungan dengan angka-angka, rasio keuangan, RAB, laporan-laporan, dan segala bentuk tulisan formal. Sebagian besar formatnya sudah baku. Bahasanya bersifat teknis dan kaku.
Pokoknya karya tulis berisi sekumpulan kata-kata matematis, teknis, efisien, formal, dan hanya bisa dipahami oleh kalangan sebidang pekerjaan.
Bisa dibayangkan, betapa kaku artikel awal yang ditayangkan di Kompasiana. Karya tulis fiksi pun terasa beku tidak berjiwa.