Dana pengadaan buku-buku untuk perpustakaan sebetulnya ada, tapi menguap entah ke mana sehingga tidak sampai ke pihak desa.
Demikian kesimpulan tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) dalam menelusuri ketersediaan anggaran di kantor Kabupaten terkait. Penelusuran itu dilakukan sehubungan dengan program kerja KKN di desa Karangtanjung, Kecamatan Cililin, Jawa Barat.
Selengkapnya mengenai kegiatan KKN itu bisa dibaca di sini.
Sebelumnya, tim KKN yang ditempatkan di desa Karangtanjung mengetahui ketersediaan anggaran itu. Dengan dasar itulah dibuat program perpustakaan desa.
Setelah diselidiki sampai Kabupaten, ternyata pegawai yang bertanggungjawab mengurusi perpustakaan desa berkilah, bahwa dana bantuan buku untuk perpustakaan telah disalurkan. Pihak desa menyatakan tidak pernah menerimanya.
Tidak diketahui mana yang benar dan salah. Yang jelas tidak ada perpustakaan di desa itu.
Kejadian lenyapnya anggaran perpustakaan itu sudah berlangsung lama, mungkin kasusnya terpendam dalam sedimen waduk Saguling.
Padahal membaca adalah gerbang menuju pengetahuan yang akan berdampak kepada kehidupan sehari-hari.
Akhirnya diputuskan, bahwa program pembangunan perpustakaan tetap dilanjutkan, meski dengan ketiadaan dana. Salah satu pertimbangannya adalah, fasilitas tempat sudah disediakan oleh Carik desa (sekretaris desa). Tinggal mengadakan buku-buku yang layak dibaca oleh warga setempat.
Setelah merumuskan segala cara yang mungkin, maka kami membuat semacam proposal pengadaan buku, ditujukan kepada:
- Kantor kedutaan negara-negara sahabat di Jakarta. Salah satu anggota tim KKN adalah mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional, yang diketahui sering berhubungan dengan pihak kedutaan.
- Donatur yang bersedia menghibahkan buku-buku yang bermanfaat bagi orang lain.
Beberapa perwakilan negara sahabat bersedia membantu. Para donatur pun bersedia memberikan buku-buku pelajaran yang sudah tidak terpakai dan buku lainnya yang menumpuk di rumah mereka.
Oh ya, buku pelajaran pada zaman dahulu lebih awet masa pakainya, sehingga bisa digunakan secara turun-temurun.
Butuh waktu, tetapi pengumpulan buku-buku itu bisa direalisasikan. Pada saatnya, setelah semua terkumpul, buku-buku tersebut diangkut dengan kendaraan. Satu bak pickup Kijang buaya! Lumayan banyak.
Buku-buku telah mengisi bekas kios yang difungsikan sebagai perpustakaan. Ada buku berbahasa Indonesia dari berbagai negara yang berasal dari kedutaan.
Barangkali sedikit bernada propaganda yang menerangkan negara atau budaya masing-masing, namun keberadaannya telah membuka wawasan pembacanya.
Buku-buku pelajaran dari donatur sangat bermanfaat bagi pelajar setempat yang sebelumnya kesulitan mendapatkan buku serupa. Selain itu terdapat juga buku-buku cerita anak sampai remaja, seperti Bobo, Kuncung, Kawanku, Hai, dan sebagainya.
Dengan itu desa Karangtanjung telah memiliki perpustakaan desa.
Jadi, meskipun anggaran menguap entah ke mana, namun pengadaan buku untuk perpustakaan desa bisa direalisasikan dengan kemauan keras dan memanfaatkan potensi yang ada.
Di mana ada kemauan, di sana ada jalan (anonim)
Peritistiwa pembangunan perpustakaan desa lebih dari tiga dekade lampau itu, tepatnya tahun 1986, kemudian menjadi kenangan dan kebanggaan tim KKN di Karangtanjung.
Saat perpisahan karena berakhirnya masa KKN, para mahasiswa (bukan mahasiswi lho!) ditangisi oleh para gadis-gadis desa.
Kenangan itu juga berkesan.
Sumber peribahasa:Â 1
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI