Untungnya takjauh darinya terdapat sebuah rumah makan yang bersih dan makanannya cukup menggugah selera. Rumah makan tersebut menempati sebuah ruko tepat pada tikungan Kampung Babakan Limbangan.
Sebetulnya sih makanan yang terhidang standar warungan. Pagi tersedia nasi kuning untuk sarapan. Siang sampai malam dipajang ikan goreng, ayam goreng, empal daging, mi atau bihun goreng, dan aneka sayuran.
Apa boleh buat? Pagi, siang, dan sore Aku makan di tempat sejuk yang dinahkodai oleh seorang wanita itu.
Usianya sepantaran dengan istriku. Penampilan berikut dandanannya membuatnya lebih muda.
Wanita berputra satu itu cepat akrab dengan tamu, terutama Aku yang kerap berkunjung. Menjelang saat matahari akan terbenam, wanita berkulit pualam itu menemaniku. Aku merupakan tamu terakhir.
"Mestinya bikin sajian spesial sebagai menu istimewa rumah makan ini," kalimat keluar bersama asap kretek. Kopi tubruk terhidang di atas meja.
"Tapi apa dong? Akang punya masukan?" Pandangan orang tua tunggal itu menusuk.
"Aku bisa sarankan sebuah menu, Ayam Woku Berbumbu Rahasia."
Kedua bola mata indah membulat. Dua telapak tangan lembut terasa mencengkeram pergelangan tanganku.
"Baiklah. Aku akan mengolahnya sore ini. Dicoba dulu. Cocok gak dengan selera pelanggan atau masyarakat sekitar?"
***