Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Ketika Suami Memasak Tidak Dipandang Tabu

1 November 2020   21:01 Diperbarui: 2 November 2020   23:04 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Toa Heftiba on Unsplash

Selain di restoran, pria memasak merupakan kejutan. Bagi sebagian orang, kaum adam (suami) berada di ruang dapur dianggap mengherankan.  Bahkan pada masa kakek nenek saya masih ada, konon, hal itu dipandang tabu.

Teringat, ayah saya adalah sosok suami yang tidak segan berkegiatan di dapur pada hari libur. Bukan sekedar memasak, tetapi beliau menghasilkan olahan yang lezat bagi keluarga. Kemampuan memasak almarhum diperolehnya dengan "terpaksa".

Dikisahkannya, ia mesti berhemat dalam membelanjakan uang sakunya selama menempuh tugas belajar di Amerika. Salah satunya adalah memasak sendiri ketika di perantauan. Kebiasaan tersebut melekat walaupun telah kembali ke tanah air.

Selain itu, baginya memasak juga menjadi ajang untuk bereksperimen, yaitu mengimitasi olahan jadi seperti di luaran sana yang terasa cukup mahal untuk ukuran kantong pegawai negeri saat itu. Dengan menirunya, didapat kemewahan rasa yang mendekati. Setidaknya enak ditelan.

Mengamati kebisaan dan kebiasaan itu, dalam beberapa dekade setelahnya, saya turut menyukai kegiatan memasak pada saat santai.

Namun satu ketika setelah keriuhan 1998, hobi memasak itu menjadi katup penyelamat menghadapi ambruknya kantor tempat saya bekerja karena kehilangan fasilitas dari salah satu menteri zaman Orba.

Ya! Membuka usaha penjualan makanan minuman, kendati dengan menu yang sederhana. Beberapa waktu kemudian, mengelola sebuah bisnis kuliner serius memberikan kesempatan bagi saya untuk belajar tentang seni masak memasak dari Chef.

Restoran tersebut menyediakan menu masakan barat, Asia, dan Indonesia. Sebagian menu, tentunya yang mudah tetapi menarik, saya pelajari, kecuali pastry atau pembuatan kue dan roti. Saya memang kurang berminat dengan teknik membuat cake dan sejenisnya. Lebih suka masakan untuk lauk daripada cemilan.

Itulah yang membentuk kebisaan saya dalam mengolah berbagai masakan.

Olahan gindara steak w/ spinach dan chicken teriyaki buatan Budi Susilo (dokumen pribadi)
Olahan gindara steak w/ spinach dan chicken teriyaki buatan Budi Susilo (dokumen pribadi)
Dalam rumah tangga, kegiatan memasak itu memang saya lakukan dalam waktu senggang, saat kedua belah tangan masih berfungsi normal. Menurut keluarga sih cita rasa hidangan tersebut istimewa.

Terkadang saya membuat menu yang lain daripada yang lain. Menu yang sangat disukai dan menjadi ciri khas, misalnya: masakan batang kangkung yang super pedas (25 - 50 cabe rawit).

Di luar kebisaan masak memasak, pada waktu luang saya pun melakukan pekerjaan rumah tangga lain sebisanya.

Pria memasak biasanya hasil olahannya teras lebih enak karena ia tidak melulu berpatokan kepada resep dan takaran. Pria lebih "berani" mencoba komposisi tidak seperti biasanya. Namun demikian, soal rasa bisa dibandingkan dengan menu restoran. Itu kata saya lho!

Aniwei busway, berdasarkan pengalaman tersebut di atas, sesekali bertukar peran adalah hal lumrah. Menurut pandangan saya, bertukar peran, seperti memasak bagi pria, dalam rumah tangga didasarkan kepada pertimbangan-pertimbangan:

  1. Memberikan kesempatan kepada pasangan untuk melakukan hobinya, setelah sekian waktu menjalankan keseharian, pada hari libur.
  2. Bagi pria, memasak dan melakukan pekerjaan rumah tangga ringan adalah pelepasan dari rasa tertekan dan kebosanan atas rutinitas. Ia merupakan salah satu bentuk penyaluran hobi, hiburan dan refreshing.
  3. Sebagai ajang ujicoba atas olahan tertentu yang biasanya jarang (tidak pernah) dibuat oleh pasangan, tentunya dengan hasil yang sangat diterima oleh lidah keluarga.
  4. Memberikan ruang istirahat untuk menikmati "libur" atau kegiatan ringan lain yang menyegarkan bagi pasangan (istri).
  5. Memberikan warna berbeda atas menu masakan sehari-hari yang biasanya ditunggu-tunggu oleh seluruh anggota keluarga.

Pertimbangan- pertimbangan di atas yang mendasari saya menggantikan peran pasangan (istri) dalam mengurus rumah tangga. Sehingga  bertukar peran, dalam batas tertentu, adalah hal yang lumrah dan menyenangkan, bagi saya dan mungkin sebagian pria (suami) lain.

Jadi pria (suami) memasak bukanlah soal tabu pada masa kini. Pun melakukan pekerjaan rumah tangga lainnya yang biasa dilakukan kaum wanita.  

Bagi sebagian pasangan, ihwal itu bukan lagi sekedar "tukar peran rumah tangga", tetapi lebih sebagai perwujudan rasa kasih sayang di antara anggota keluarga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun