Wajah Pembalap Penakluk Tikungan itu bersinar ketika mengisahkannya. Wanita pujaan hati telah ditemukannya.
Baiklah, untuk pertama kalinya aku dengan sukarela menemaninya ke rumah Melati.
Di sana, Pembalap Penakluk Tikungan tiba-tiba saja mengkerut, menjadi pendiam, kaku dan berkeringat dingin. Kemudian aku berperan sebagai pemecah kekakuan dalam pertemuan itu. Toh takada beban yang kusandang.
Pertemuan kedua sedikit cair. Pembalap Penakluk Tikungan mulai berani membuka mulutnya. Aku hanya memberikan timpalan menyegarkan dan menyenangkan. Suasana hangat tercipta.
Tidak sia-sia Pembalap Penakluk Tikungan membawaku ke rumah Melati. Di kalangan dunia sirkuit aku memang dikenal memiliki kemampuan membangun percakapan yang memikat.
Untuk pertamakalinya Melati menunjukkan gigi serinya yang manis, menyemburatkan cahaya kegembiraan. Beberapa kali gadis sedap dipandang itu memancarkan aura kejelitaan.
Sebelum beranjak, kami sempat bertukar nomor telepon seluler.
Tetapi untuk pertemuan ketiga, aku enggan menemani Pembalap Penakluk Tikungan.
"Enggak, untuk kali ini aku tidak ikut ke rumah Melati. Suasana pertemuan terakhir kan sudah mendukung, semestinya engkau berani menghadapinya sendiri."
Pembalap Penakluk Tikungan akhirnya menyerah. Lunglai meninggalkan paddock)*. Perhatianku kembali tertuju kepada mobil balap, mencari setelan yang paling pas.
Gawaiku bergetar, aku melirik nama yang muncul dalam layar lalu segera mengangkatnya.