Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pembalap Penakluk Tikungan

2 Oktober 2020   07:00 Diperbarui: 2 Oktober 2020   07:44 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar VW Kodok balap, dari Vee Dub Racing Production (dokumen pribadi)

Wajah Pembalap Penakluk Tikungan itu bersinar ketika mengisahkannya. Wanita pujaan hati telah ditemukannya.

Baiklah, untuk pertama kalinya aku dengan sukarela menemaninya ke rumah Melati.

Di sana, Pembalap Penakluk Tikungan tiba-tiba saja mengkerut, menjadi pendiam, kaku dan berkeringat dingin. Kemudian aku berperan sebagai pemecah kekakuan dalam pertemuan itu. Toh takada beban yang kusandang.

Pertemuan kedua sedikit cair. Pembalap Penakluk Tikungan mulai berani membuka mulutnya. Aku hanya memberikan timpalan menyegarkan dan menyenangkan. Suasana hangat tercipta.

Tidak sia-sia Pembalap Penakluk Tikungan membawaku ke rumah Melati. Di kalangan dunia sirkuit aku memang dikenal memiliki kemampuan membangun percakapan yang memikat.

Untuk pertamakalinya Melati menunjukkan gigi serinya yang manis, menyemburatkan cahaya kegembiraan. Beberapa kali gadis sedap dipandang itu memancarkan aura kejelitaan.

Sebelum beranjak, kami sempat bertukar nomor telepon seluler.

Tetapi untuk pertemuan ketiga, aku enggan menemani Pembalap Penakluk Tikungan.

"Enggak, untuk kali ini aku tidak ikut ke rumah Melati. Suasana pertemuan terakhir kan sudah mendukung, semestinya engkau berani menghadapinya sendiri."

Pembalap Penakluk Tikungan akhirnya menyerah. Lunglai meninggalkan paddock)*. Perhatianku kembali tertuju kepada mobil balap, mencari setelan yang paling pas.

Gawaiku bergetar, aku melirik nama yang muncul dalam layar lalu segera mengangkatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun