Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku dan Saya

14 September 2020   20:10 Diperbarui: 14 September 2020   20:18 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dua insan. Gambar oleh Narcis Ciocan dari pixabay.com

'Aku' dan 'Saya' merujuk pada ihwal yang serupa. Sama-sama sebagai kata ganti orang pertama tunggal. Namun kedua kata itu memiliki nuansa penafsiran berbeda, manakala diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kata 'Aku' digunakan bagi mereka yang memiliki hubungan dekat dan saling mengasihi. Umpamanya pada relasi suami-istri, akan menjadi lumrah ketika sang pria menyebut dirinya sebagai 'Aku'.

"Aku berangkat ke kantor, ya sayang," ujar pria berpakaian parlente kepada istrinya, yang mengenakan daster agak bolong di bagian kaki pada pagi hari.

Saat pulang sore hari, pria berbau parfum menyapa istrinya, yang berdaster putih tua beraroma kompor, "Aku pulang, masak apa?"

Demikian kerutinan itu berlangsung, senada, sebahasa, dan tak luang menanggalkan lembaran-lembaran almanak usang.

Daster pagi bolong semakin melompong dan monoton. Daster sore memucat kian putih tua.

Kecuali dalam kesempatan tertentu, sang nyonya sumringah bisa berdandan bak selebritas. Meskipun demikian, Ia tak sempat menyingkirkan lipatan-lipatan lemak pada bagian tubuh yang berimbuh penuh sesak.

Namun itulah kebahagiaan dua insan yang kian lama kian jarang dijumpai.

Maka dua insan, yang sedang menyatakan bahwa dunia ini hanya milik berdua, memakai kata 'Aku' lebih kerap. Setiap saat perjumpaan berdua adalah tentang gemintang kerinduan.

"Sayang, Aku mencintai caramu tersenyum kepadaku, melirikku, memelukku, mengecupku, dan......"

"Blus merah marun yang kemarin Aku belikan di Tanah Abang tampak indah di ragamu yang jelita".

"Eh... tetapi lingerie yang Aku dapatkan di Pondok Indah hanya untuk konsumsi pandangku ya!. Kamu mau berjanji padaku?"

Dan masih melimpah ruah penggunaan kata 'Aku', dari pagi sampai sore, dari Senin hingga Jumat, kadang-kadang Sabtu dan Minggu.

Sayangnya catatan tentang itu tercecer entah di mana.

Sedangkan perkara penempatan kata 'Saya' lebih dikhususkan kepada kesempatan-kesempatan formal dan seremonial.

Biasanya digunakan dalam lingkungan yang bersifat resmi dan kaku.

Dilain pihak, penggunaan kata 'Saya' sebenarnya menunjukkan kerendahan hati kepada lawan bicara. Kepada atasan, berarti penghormatan. Menyingkirkan keangkuhan, ketika menyandangnya di hadapan bawahan.

"Saya berharap bisa meraih target penjualan pada akhir tahun ini," demikian yang disampaikan pria berpakaian parlente kepada tim marketing.

"Saya akan mengawasi secara seksama tentang biaya-biaya, sehubungan dengan situasi pandemi terkini," ujar pria berbau parfum kepada bagian produksi.

"Tolong bawakan ke meja berkas-berkas yang perlu Saya tandatangani," tutur pria berpakaian parlente berbau parfum kepada seorang stafnya.

Wanita muda berpostur tinggi langsing, namun tonjolan-tonjolan tumbuh subur pada sebagian tubuhnya, bergegas memasuki ruangan luas, yang di dalamnya terdapat meja kayu jati besar dan sofa kulit berwarna coklat tua.

Ia mengusung setumpukan berkas, lalu menutup pintu jati nan tebal agar suara- suara tidak merembes keluar dari ruangan berpendingin udara. Seorang pria serius membaca tumpukan dokumen, menandatanganinya, kemudian meletakkannya di meja .

Seusai menuntaskan pekerjaan penting itu, sang pria parlente berbau parfum menghampiri wanita muda demi menuntaskan renjana menggelegak.

Seusai keleluasaan itu, wanita muda jelita berpostur tinggi langsing, berpakaian blus merah marun bercelana legging, mendesah lembut, "sayang, dua minggu ini Aku sudah terlambat bulan....".

"K...Kau......A..A..Aku....!" Pria berpakaian parlente berbau parfum itu mendadak tercenung.

Senyap membungkam ruangan berpendingin udara itu.

~~Selesai~~

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun