Berbuat baik merupakan investasi yang tidak akan merugikan
Bagiku ujaran itu adalah kebalikan dari kenyataan. Perbuatan baik yang telah Aku lakukan, bukan hanya sia-sia belaka, tetapi merugikan secara batin dan lahir.
Mengapa kerugian batin dan lahir, bukan lahir dan batin?
Baiklah, begini, dengarkan baik-baik.
Seorang sobat, namanya Nikolai , merengek-rengek meminta pekerjaan. Aku tahu Ia bukanlah orang yang tidak bisa apa-apa, tetapi sangat pandai, lebih pintar dari orang kebanyakan. Akan mudah menempatkannya di bagian apa saja. Bahkan untuk sekelas kantor cabang tempatku bekerja, kemampuannya akan melampaui kualifikasi.
Masalah terbesar terletak pada karakternya.
Pertama, Nikolai  adalah Don Juan sejati. Sedikit dikenalkan dengan jidat licin, alias wanita menawan, segera saja hidungnya kembang kempis, lalu menyosor. Perawakannya elegan, penampilannya flamboyan, tutur bahasanya amat memikat lawan jenis.
Kedua, ini yang parah, gaya hidup penuh perayaan membuatnya boros. Demi menopang kegemerlapan itu, Ia tak segan-segan menggunakan segala cara, termasuk menyelewengkan uang kantor, misalnya. Maka dari itu, lumrah jika Nikolai  tidak bisa bertahan lama di sebuah perusahaan. Dipecat karena perkeliruan dalam penggunaan uang kantor!
Sebagai sobat, Aku tidak tega untuk menolak permohonannya. Ia sudah lama menganggur.
"Nikolai , bisakah meninggalkan cara dan gaya hidup lamamu? Sebetulnya Engkau orang cerdas yang dibutuhkan oleh perusahaan manapun."
"Aku coba. Pada kenyataannya Aku sekarang telah jatuh terpuruk ke dalam jurang kesengsaraan, yang membuatku tak bisa lagi bergaya. Apalagi berdekatan dengan wanita."