Membangun media itu sama dengan membangun peradabanÂ
~Jacob Oetama~
Ungkapan tersebut dikutip dari cuitan akun Indra Yudhistira, seorang yang dikenal sebagai direktur artistik, sutradara film, dan produser beberapa cara termasuk di Kompas TV. Ungkapan itu mengiringi rasa belasungkawa, yang menjadi trending topic di Twitter, atas wafatnya Jakob Oetama.
Wartawan senior, Â sekaligus pendiri Kompas Gramedia Grup itu, telah berpulang pada usia 88 tahun pada tanggal 9 September 2020 pukul 13.05.
Pria kelahiran Magelang, 27 September 1931, itu adalah penerima Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada. Juga penerima penghargaan Bintang Mahaputra Utama dari Pemerintah RI. Oleh karenanya, besok rencananya, jenazah akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Sebetulnya Saya tidak akan pernah mengenal Jacob Oetama, kalau bukan karena Harian Kompas. Pada sekitar tahun 1975, Ayah Saya mulai berlangganan Kompas, selain majalah Intisari, Bobo, dan Kawanku.
Harian Kompas dan majalah Intisari merupakan bacaan "dewasa" pertama bagi remaja SMP, seperti Saya. Darinya Saya mengenal penuturan Bahasa Indonesia yang baik.
Sedikit banyak, gaya berbahasa Kompas yang baik dan runtut menjadi acuan bagi Saya, dalam menyusun karya tulis di sekolah, membuat korespondensi di kantor, dan mengkonstruksi laporan lapangan.
Dari Kompas pulalah Saya mulai menikmati artikel-artikel yang ditulis oleh Jakob Oetama. Saya pun mulai mengenalnya, tidak hanya sebagai pendiri Kompas, melainkan sebagai pengisi ruang opini yang bernuansa kemanusiaan.
Saya barangkali tidak terlalu mengenal Jakob Oetama, tetapi perannya dalam melahirkan Kompas dan memperuntungkan dunia jurnalistik sangatlah menginspirasi.
Selamat jalan Bapak Jakob Oetama.