Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Lumpur Blora, Apa Bedanya dengan Lumpur Lapindo?

1 September 2020   20:16 Diperbarui: 1 September 2020   20:25 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Spanduk bertuliskan peringatan kepada warga di lokasi semburan lumpur panas di Kesongo, Blora. (Sumber: KOMPAS TV)

Semburan lumpur seluas 3,29 kektar terjadi di kawasan Kesongo, Blora, Jawa Tengah pada hari Kamis (27/8/2020) lalu. Kendati lokasi bekas semburan lumpur panas itu sempat menjadi ajang "wisata dadakan", namun peristiwa alam itu menghadirkan kekhawatiran bagi penduduk sekitar.

Muncul kekhawatiran, dampak semburan lumpur panas akan seperti pada kasus Lumpur Lapindo, 29 Mei 2006,  di Sidoarjo, yang menenggelamkan 1.300 hektar kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian.

Benarkah demikian?

Fenomena terjadinya mud volcano --gunung api lumpur-- di Blora dan Sidoarjo asal usulnya adalah sama, yakni endapan lumpur yang didesak keluar oleh gas sulfur melalui retakan-retakan dalam lapisan perut bumi.

Bedanya pada pemicunya. Semburan lumpur Blora merupakan siklus alami yang terjadi di wilayah cekungan minyak sekitar Grobogan, Cepu, dan Blora. Semburan Blora adalah fenomena alam yang biasa terjadi di wilayah tersebut, menyebabkan tidak adanya pepohonan yang sanggup hidup di sekitarnya.

Hanya rerumputan dan belukar yang bisa bertahan hidup. Oleh karenanya kawasan tersebut dikenal sebagai oro-oro, tempat menggembala bagi warga setempat.

Sedangkan kasus Lapindo di Sidoarjo dipicu oleh kesalahan manusia yang kemudian menenggelamkan tiga kecamatan dan berpengaruh terhadap aktivitas perekonomian Sidoarjo.

Dikutip dari kantor berita AFP, Profesor Richard Davies dari Universitas Durham, Inggris, mencurigai bahwa bencana itu disebabkan oleh kesalahan manusia, yaitu para pengebor yang telah melakukan serangkaian kesalahan. Bor ditarik ketika kondisi sumur tidak stabil, sehingga dari retakan yang ditimbulkannya membuat celah aliran seperti lahar yang sulit dihentikan.

Semburan Blora adalah siklus alami terjadinya erupsi gas yang mengeluarkan lumpur panas. Apalagi wilayah Indonesia berada di zona tektonik jalur ring of fire yang rawan letusan gunung berapi.

Area terdampak berada di kawasan yang tidak berpenduduk dan saat ini dalam radius tidak terlalu luas. Tidak seperti lumpur Lapindo yang dahsyat.

Keadaan itu seolah tidak menimbulkan ancaman bencana kepada masyarakat, baik secara ekonomi maupun infrastrukturnya. Semburan lumpur Blora secara langsung hanya akan berdampak kepada para penggembala, peladang, dan penambang garam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun