Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Giring Nyapres 2024, Antara Pembatas dan Peluang

26 Agustus 2020   14:18 Diperbarui: 26 Agustus 2020   14:14 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelaksana tugas (Plt) Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Giring Ganesha dalam konferensi pers virtual, Senin (24/8/2020).(Kompas.com/Fitria Chusna Farisa)

Setelah baliho pencalonannya ramai menuai komentar, akhirnya Pelaksana tugas Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Giring Ganesha Djumaryo, menyatakan dirinya akan maju sebagai calon presiden dalam Pemilu 2024,

"Ya, saya memang mencalonkan diri menjadi calon presiden Republik Indonesia di 2024," kata politikus sekaligus mantan vocalis band Nidji itu.

Pernyataan pria kelahiran tahun 1983 tersebut menuai banyak reaksi dari berbagai pihak. Paling banyak adalah komentar yang bernada menyangsikan.

Peneliti dan pengamat politik Centre for Strategic and International Studies, Arya Fernandes mengatakan, "Pertama, sangat kesulitan untuk dicalonkan, karena terbentur persyaratan pencalonan, yang 25 persen suara sah. Sementara suara PSI tak sampai 2 persen."

Komentar lain menegaskan keraguan tersebut, bahwa pencalonan tersebut hanya merupakan gimmick PSI saja, Giring tidak memiliki rekam jejak di dunia politik, bahkan pencalonan itu dicurigai sebagai pengalihan isu.

Pencalonan tersebut tidak menyalahi aturan pencalonan sebagai kandidat presiden RI berikutnya. Pun tidak dilarang bagi setiap WNI untuk mencalonkan diri sebagai pemimpin, sepanjang memenuhi Undang-undang.

Syarat-syarat seseorang dapat mencalonkan diri menjadi Presiden Republik Indonesia dapat dibaca di sini.

Keinginan Giring itu merupakan proses biasa dalam mekanisme sirkulasi elit politik, berdasarkan proses pemungutan suara berasas jujur, adil, langsung, umum, bebas, dan rahasia.

Menjadi tidak biasa karena ia orang biasa dalam dunia politik, tidak berpengalaman (green horn), dan tidak diduga sebelumnya akan muncul sebagai petarung pada ajang pergantian presiden 2024.

***

Pada suatu kesempatan dalam sebuah experiential training, instruktur berkebangsaan Amerika bertanya kepada para peserta, apa kehendak atau impian tertinggi?

Kebanyakan menjawab keinginan normatif, seperti: ingin menjadi orang sukses, kaya, manajer hebat, kepala keluarga yang dicintai, dan keinginan senada.

Salah satu peserta menyampaikan keinginan sebagai presiden RI.

Perlu diketahui, acara training tersebut diikuti berbagai karyawan dengan latar belakang variatif dan diselenggarakan sekitar awal tahun 2000-an, tidak lama setelah tumbangnya rezim Orba.

Sontak kehendak tersebut mengejutkan peserta lain yang kemudian menertawakannya sebagai hal berlebihan dan tidak mungkin dapat dipenuhi. Ruang kelas segera dipenuhi dengan suara riuh rendah ejekan.

Instruktur bule menuliskan keinginan "menjadi presiden RI" pada bagian atas sebuah flip chart, di bawahnya dibuat dua kolom. Kolom pertama diberi sub-judul "constraints" sedangkan kolom kedua diisi "opportunities".

Setiap peserta diminta mengisi masing-masing kolom tersebut dengan pendapat yang berbeda-beda. Setelah semua peserta, 25 orang, selesai menuliskan pendapatnya, kemudian apakah yang tampak pada flip chart?

Kolom constraints (pembatas-pembatas ) berisi lebih dari 25 komentar yang menyangsikan keinginan itu. Kolom opportunities (peluang- peluang ) hanya terdiri dari kurang dari 5 pernyataan yang menyepakati impian "tinggi" tersebut.

Dengan kata lain, kolom kiri berisi pernyataan lebih panjang dibandingkan pada kolom kanan.

Ilustrasi flip chart (dokpri)
Ilustrasi flip chart (dokpri)
Apa yang terjadi? Makna apa yang dapat ditarik dari fakta tersebut?

Menurut penjelasan instruktur, pada dasarnya para peserta saat itu:

  1. Tidak mau melakukan perubahan dan mengambil resiko. Resiko terburuk adalah kegagalan mencapai keinginan itu.
  2. Kalaupun melakukan perubahan sifatnya minor, hanya "to repair, to fix" bukan "to switch". Artinya hanya bisa memperbaiki sesuatu untuk mengubah suatu hal, tetapi tidak berani "beralih atau berpindah" dari sebuah keadaan kepada kebiasaan lain. Dalam bahasa lain dikenal sebagai hijrah!
  3. Masih ada orang lebih suka dengan keadaan status quo yang telah memberikan zona nyaman, dengan mempertahankan kebiasaan lama.

Hanya satu orang peserta berani mengambil resiko direndahkan. Namun Ia memiliki modal dasar untuk melesat maju dalam kehidupannya mendatang. Memiliki motivasi tinggi untuk berubah atau hijrah.

Sampai detik ini y.b.s. tidak pernah menduduki tahta presiden RI, seperti keinginannya.  Ia menjabat sebagai salah satu direktur BUMN, sekian tahun setelah peristiwa itu,

***

Pada akhirnya rakyat pemilih jualah yang akan memberikan legitimasi kepada Presiden Indonesia pada tahun 2024 kelak.

Keinginan atau kehendak bebas Giring untuk maju sebagai calon presiden dalam Pemilu 2024, seyogyanya  tidak hanya dinilai dari pembatas-pembatas (constraints) yang akan dihadapi, tetapi dilihat dari peluang- peluang (opportunities) disekitar pencalonan itu.

Daftar pembatas dan hambatan akan sangat panjang melebihi artikel ini. Alangkah baiknya bila dicari tahu tentang peluang-peluang di seputar pencalonannya.

Demikian agar didapatkan pengetahuan-pengetahuan baru dan terobosan baru yang bisa menambah khazanah pemahaman politik kita.

Atau memang ada pihak lebih suka dengan keadaan status quo dengan menghindari perubahan?

Sumber rujukan: 1 dan 2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun