Terakhir, Ia menginisiasi long-march sebagai bentuk perlawanan terhadap  pembangunan waduk Kedung Ombo. Akibatnya, jiwanya diteror pikirannya dihantui, dikejar-kejar sekumpulan mimpi buruk.
Namun bagiku, romantisme itu tidak berlangsung lama. Pertimbangan terutama adalah, bahwa pada kenyataan bapakku pegawai negeri. Karirnya bisa rontok jika ada anggota keluarganya terlibat dalam pergerakan melawan pemerintah. Apalagi dilakukan oleh anaknya.
Pertimbangan itu menyusutkan keterlibatanku dalam pergerakan. Aku berkonsentrasi pada kelulusan.
Namun demikian, sampai tiba waktunya diwisuda, sahabatku dan Aku masih merasakan adanya pengawasan aparat. Penilikan intelejen, kendati tidak kentara tapi tetap terasa.
Kemudian kesibukan masing-masing telah membentangkan jarak. Sampai dengan perjumpaan hari ini.Â
Perjumpaan di bangunan tua berdinding putih, jendela putih, ranjang putih, orang-orang pucat berpiyama putih.
Tidak banyak yang dibicarakan, kami sama-sama mahfum tentang pengalaman sewaktu menjadi mahasiswa. Aku masih mampu menerangkan dengan terang benderang pemaknaan tentang paradigma neoliberalisme dan dependensia.
Sebagian besar pembicaraan kami adalah mengenai antagonisme dua paradigma itu.
"Ayo, sudah waktunya tidur! Mohon maaf, waktu kunjungan sudah berakhir," suara halus gadis bening berseragam putih beralaskaki teplek menyibak percakapan.
Kami serempak mengangguk lemah. Lantas bergulirlah  saat perpisahan.
Setelah menelan sejumlah obat, agar malam nanti pulas tidak dikejar-kejar sekumpulan mimpi buruk, Aku segera merebahkan diri di atas sprei putih.