Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ancaman Resesi, Apa yang Sebaiknya Dilakukan?

18 Agustus 2020   22:25 Diperbarui: 18 Agustus 2020   22:53 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Gerd Altmann dari pixabay.com

Kompas.com (17/8/2020) mewartakan daftar negara yang mengonfirmasi resesi: Amerika Serikat, Jerman, Perancis, Italia, Korea Selatan, Jepang, Hong Kong Singapura, Filipina, Inggris, Malaysia, dan Polandia. Negara-negara tersebut mengalami pertumbuhan negatif dalam dua kuartal berturut-turut.

Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi nasional minus 5,32% pada kuartal kedua y-o-y dibanding triwulan II 2019 (BPS , 5/8/2020). Namun Menkeu Sri Mulyani menyatakan, secara teknikal Indonesia belum masuk jurang resesi. Selain itu, sejak Juni 2020 beberapa sektor mengindikasikan perbaikan: PMI manufaktur (optimisme pelaku sektor bisnis terhadap kondisi perekonomian kedepannya); penjualan ritel, permintaan ekspor nonmigas.

Namun ancaman resesi masih mengkhawatirkan. Diketahui, bahwa resesi ekonomi akan berdampak kepada naiknya tingkat pengangguran, penurunan harga (deflasi), dan kemudian inflasi berlebihan yang terjadi karena resesi berkepanjangan.

Problem itu bisa dicegah dengan campur tangan pemerintah, yang telah menggulirkan program Pemulihan Ekonomi Nasional sebagai stimulus bagi pergerakan agregat demand.

Dari kacamata kontraktor, program anggaran yang terkait sektoral dan Pemda, biasanya akan terealisasi pada awal triwulan ketiga sampai dengan akhir tahun nanti. Mengingat proses lelang dan finalisasi kontrak untuk proyek umumnya baru selesai pada akhir triwulan kedua. Kalaupun ada yang sudah baru terealisasir pembayaran uang mukanya.

Ilustrasi PEN, diolah dari CNN Indonesia 06/08/2020 (dokpri)
Ilustrasi PEN, diolah dari CNN Indonesia 06/08/2020 (dokpri)
Dengan gambaran itu, 93% anggaran sektoral dan Pemda belum terpakai (6/8/2020) dari pagu Rp106,1 triliun akan diserap seluruhnya pada akhir tahun  anggaran. Walau "hanya" mewakili 15% dari keseluruhan postur PEN, tetapi kontribusinya dalam pertumbuhan cukup signifikan. Kita berharap realisasi anggaran tersebut di atas dapat memicu pergerakan ekonomi total.

Sebaliknya, tingkat pengangguran naik akibat penurunan lapangan pekerjaan, ditandai dengan, antara lain, bertambahnya orang yang kehilangan pekerjaan, bertambah sempitnya peluang kerja, pengurangan gaji bagi pekerja yang masih aktif.  

Terkait inflasi, bi.go.id menyebut tingkat inflasi cenderung turun sejak bulan April 2020, yang mengindikasikan penurunan permintaan hasil produksi (April 2020=2.67%; Mei 2020=2.19%; Juni 2020=1.96%; Juli 2020=1.54%). Ada kondisi penurunan harga yang kontinyu.

Ada harapan menggeliatnya pertumbuhan, tetapi di sisi lain ada indikasi yang memunculkan persepsi ancaman resesi.

Apabila timbul resesi, semua lapisan masyarakat akan terdampak. Bagi masyarakat golongan menengah ke atas masih terdapat beberapa opsi instrumen penempatan keuangannya untuk mengantisipasi dampak. Tetapi bagi masyarakat yang menempati struktur piramida sosial terbesar, akan mengalami kesulitan menjaga kemampuan keuangannya, misalnya meningkatkan tabungan.

Lalu, masyarakat kelompok ekonomi menengah ke bawah, seperti saya, harus bersikap bagaimana menghadapi ancaman resesi?

Beberapa ekonom dan penasehat keuangan telah memberikan nasehat-nasehat berharga dalam menghadapi situasi ketidakpastian ini. Saran-saran tersebut disarikan, sebagai berikut:

  1. Mengurangi konsumsi belanja dengan menyusun skala prioritas dan memilah barang mana yang terutama akan dibeli.
  2. Melindungi sumber penghasilan. Karyawan sebaiknya bertahan pada pekerjaan sekarang sebelum memperoleh kepastian pekerjaan baru yang lebih stabil. Bagi yang berusaha, agar ditunda rencana pengembangannya.
  3. Belanja dari lingkungan dan orang terdekat, agar roda perekonomian sekitar tetap berputar.
  4. Berusaha mencari penghasilan sampingan, dengan berkreasi dan berinovasi, misalnya berjalan barang secara daring, menciptakan industri rumahan untuk barang yang dibutuhkan selama pandemi.
  5. Menghindari penambahan utang baru, terutama utang berbunga tinggi, dan menahan pembelian secara kredit.
  6. Barangkali ini yang paling sulit, yaitu memupuk dana cadangan alias tabungan. Atau bisa dengan solusi atau cara alternatif, yaitu meningkatkan kapasitas dana darurat. Maksudnya, melihat kemungkinan barang-barang yang tidak terlalu diperlukan tetapi bisa dilikuidasi dengan cepat.

Sebagai tambahan dari saya pribadi, terdapat hal-hal yang bisa dimaksimalkan dalam menghadapi situasi seperti sekarang:

  1. Mengurangi konsumsi barang terlalu mahal dibanding nilai kemanfaatannya (hiperealita). Berhemat sebisa mungkin.
  2. Mengutamakan pendayagunaan produk dalam negeri. Sayangnya mie dan roti masih berbahan baku impor (terigu). Demikian pula dengan tempe-tahu berbahan kedelai impor.
  3. Memanfaatkan pekarangan rumah sebagai sumber pangan keluarga. Teknologi sekarang memungkinkan lahan terbatas bisa ditanami dengan produksi optimal.
  4. Tetap optimis menghadapi kesukaran. Setiap kelamnya malam akan diakhiri dengan secercah sinar fajar pada pagi hari. Setiap persoalan tentu ada jalan keluarnya.

Upaya-upaya di atas sebaiknya dilakukan segera. Ia merupakan simplifikasi dari serangkaian cara yang lebih kompleks dan saling berkaitan dalam mengatasi persoalan sosial-ekonomi rumit. Saran-saran preventif tersebut di atas adalah sebagian upaya menghadapi ancaman resesi bagi masyarakat kelompok ekonomi menengah ke bawah.

Situasi sekarang tidak hanya  dihadapi sendirian saja, tetapi jutaan orang sedunia sedang berjuang bersama mengatasi persoalan yang sama.

Tetap jaga protokol kesehatan!

Sumber Rujukan: 1, 2, 3. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun