Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sahabat Sejati yang Berumah di Tikungan

10 Agustus 2020   09:01 Diperbarui: 10 Agustus 2020   09:31 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun beberapa kali penghampiran dan kisah perjalanannya bersama wanita-wanita impian selalu kandas dengan alasan bak cerita picisan dalam sinetron.

Seperti: sang wanita pujaan belum siap menikah; mati mendadak atau diam-diam menjalin hubungan dengan pria lain; atau dijodohkan oleh orang tuanya.

Vinny, pacar terakhirnya, tepatnya wanita pujaan hatinya, terpikat dengan pria lain.

Lelaki yang telah membuatnya berpaling bergelar profesor, pakarnya dari segala pakar yang sedang viral karena mengklaim dirinya sendiri berhasil menemukan obat pemunah Covid-19.

Vinny memutuskan hubungan cinta dengan Rudolfo hanya melalui sebuah pesan WhatsApp, kemudian memblokirnya. Keterlaluan!

Dengan penuh perhatian Aku berlaku sebagai muara aliran banjir kekesalan yang bergulung-gulung menghanyutkan pokok kemarahan. Kian banyak kesewotan digelontorkan, kian ringan bebannya.

Senja terlebih dahulu pamit berselimut kelam. Obrolan menghangat seiring dengan mendinginnya malam.

Rudolfo menggemakan tawa renyah yang kuikuti dengan senyuman. Patah hatinya sudah terbelakang, keceriaannya telah kembali pulang.

Sejenak sahabat baikku itu menghentikan kebungahannya.

Rudolfo berkata dengan lembut, "terimakasih, Engkau adalah sahabat sejati yang senantiasa bersedia mendengar keluh kesahku".

Kedua bola matanya mengamatiku, mendekatkan wajah teduhya, mengambrolkan ruang pertahanku, dan tanpa diduga, Rudolfo melabuhkan bibirnya pada bibirku nan terperangah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun