"Menulislah setiap Hari dan buktikan apa yang terjadi" adalah ungkapan tenar dari Kompasianer senior "Om Jay" Wijaya Kusumah untuk menyemangati orang lain agar bergiat di dunia literasi.
Seruan senada kerap terdengar di ruang-ruang WAG kumpulan penulis-penulis Kompasiana. Ajakan serupa juga menggema di majelis-majelis keberaksaraan lainnya.
Sebanyak anjuran itu mengemuka, sebanyak itu pula pertanyaan menjelma. Sebetulnya apa faedahnya jika menulis setiap hari? Finansial atau gaya-gayaan saja?
Medio bulan Agustus 2019, akun Kompasiana Saya yang sudah bersarang laba-laba, juga berhantu, dibuka kembali. Menengok akun berdebu tiada satupun yang menarik, malahan usang sama sekali tak elok dilirik.
Berhubung waktu melimpah sementara kesibukan pekerjaan cenderung mampat, maka Saya membersihkannya dan mulai mengisi akun tersebut. Saya menorehkan hal-hal ringan tentang pengalaman dan pengetahuan di sekitar kehidupan, mumpung masih melekat dalam ingatan.
Mengalirlah kisah mengenai pengalaman masa lampau, pekerjaan, hobi, menanggapi berita aktual dan viral, kisah fiksi, serta gagasan apapun yang melintas di kepala.
Menuliskan gagasan ternyata membutuhkan keahlian tersendiri, satu hal yang tidak Saya punyai. Tanpanya, karya tulis yang ditayangkan tidak akan menarik untuk dibaca. Terbukti ia tidak mampu memenuhi kriteria agar menjadi artikel berkualitas yang ditandai dengan label pilihan berwarna biru.
Oleh karenanya Saya mulai mempelajari parameter dalam FAQ Kompasiana agar memperoleh label pilihan dan menjadi artikel utama, yang konon dianggap artikel berkualitas.
Kemudian kriteria artikel, yang komprehensif, aktual/faktual, unik/menarik, bermanfaat, mengandung kebaruan (novelty), katarsis itu Saya gunakan sebagai pijakan untuk meningkatkan kualitas karya tulis. Namun Saya bukanlah orang yang eligible untuk menginterpretasikan kriteria tersebut.
Saya pun mulai menulis artikel dengan menyelarasi patokan-patokan di atas. Sedikit demi sedikit Saya mulai menerapkannya dalam pembuatan setiap artikel.
Tidak semuanya konsisten menuruti kriteria sih. Tapi berpatokan kepadanya, setidaknya lebih dari 250 artikel berhasil ditayangkan, dari yang tidak berlabel, diganjar artikel pilihan sampai artikel utama.
Tidak mudah! Adalah perjuangan luar biasa bagi Saya untuk menyelesaikan satu artikel tiap hari. Tidak menjadi soal ketika Saya menulis gagasan dalam idea box atau tulisan asal-asalan dalam sebuah folder setiap harinya.
Namun dari kebiasaan menulis setiap hari, apakah dalam bentuk gagasan, draft, maupun artikel siap tayang, saya mendapatkan faedah-faedah yang positif, antara lain:
- Meningkatkan kemampuan komunikasi, menimbang senyatanya belakangan ini Saya mengalami kesulitan berkomunikasi verbal. Dengan menulis, keterbatasan itu teratasi. Ia menjadi sarana penyampaian tentang perihal tertentu agar bisa dimengerti oleh pembaca/orang lain.
- Menuntut diri agar mampu mengelola waktu. Dapat memikirkan hal yang sekiranya layak ditulis dan fokus kepada penggunaan energi untuk menulis. Singkatnya, Saya lebih disiplin dalam memanfaatkan waktu yang banyak tanpa menghamburkannya dalam kesia-siaan.
- Mengendalikan emosi. Dengan menulis menurut standar keumuman artikel berkualitas, memaksa Saya untuk mendapatkan rujukan yang sahih dan dapat dipercaya. Dengan itu, disertai kepala dingin, barulah Saya bisa menulis dengan bebas nilai dan tidak dikendalikan oleh emosi semata.
- Memperbaiki kesehatan mental. Menulis membuat merasa terhubung dan merangsang berpikir serta mengingat. Bentukan psikologis di atas juga membuat Saya berusaha tidak mudah dikendalikan oleh emosi. Konon hal ini baik bagi kesehatan mental, selain memelihara daya ingat.
- Menghasilkan portofolio. Hasil karya tulis diarsipkan dalam sebuah folder untuk kelak menjadi portofolio. Saya percaya, kelak ada manfaat yang belum diketahui saat ini. Setidaknya, satu buku kumpulan cerpen sudah pernah diterbitkan dari itu.
Akhirul kata, menurut hemat Saya, menulis setiap hari, tanpa disadari, akan memunculkan nilai-nilai kebaikan atau manfaat yang baik bagi diri sendiri dan orang lain yang membacanya. Meski sampai saat sekarang ia belum menghasilkan faedah secara finansial.
Bagaimana dengan anda?
Apapun ucapan kita, semestinya dipilih secara cermat agar orang lain mendengarkannyanya dan terpengaruh demi perihal yang membaikkan atau menyembuhkan -- Budha
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H