Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sungkan

8 Juni 2020   06:26 Diperbarui: 8 Juni 2020   06:47 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Alex Yomare pixabay.com

Pengemudi kendaraan kantor menyadarkan aku dari lamunan, bahwa perjalanan sudah berakhir. Tampak sebuah rumah mewah bertingkat dua dengan barisan aneka mobil mewah dijaga satuan pengaman di depan mata.

Setelah menyerahkan kartu identitas dan menerangkan keperluan, aku di antar oleh petugas yang gagah menuju ruang tamu yang luas, dingin, dan angkuh. Tak lama kemudian seorang pria yang kukenal datang menghampiri, mengembangkan senyum lebar dan memeluk erat.

"Sudah lama kita tidak bertemu dan selama itu pula tidak ada komunikasi, sembilan atau sepuluh tahun?" ucap Rudolfo memancarkan keramahan yang tidak berubah dari dulu.

Kami bercakap-cakap membualkan kenangan semasa kuliah. Kami pun terbahak-bahak mengingat kekonyolan waktu muda. Kenangan demi kenangan membuncah dari ruang dada, ada yang menyenangkan dan ada pula yang menyedihkan. Namun kenangan menyedihkan terbayar dengan kesenangan pada masa kini. Terlihat dari raut wajah Rudolfo yang sumringah.

Saking senangnya, Rudolfo kemudian meminta ajudannya agar para tamu lain menunggu di teras.

Rudolfo berseri-seri, "selain melepas kekangenan, kira-kira ada keperluan apa nih? Sama sohib lama enggak perlu sungkan. Kalau ada kesulitan, utarakan saja."

"Atau ada yang perlu diurus?" Rudolfo melanjutkan sembari mengedipkan mata.

Dengan posisinya sebagai kepala daerah yang kaya sumber pendapatan daerah, tidak diragukan status Rudolfo menjadi semakin mentereng. Kekuasaannya pasti bisa menggerakkan bawahannya dan warga yang merasa inferior memenuhi kepentingan pribadinya.

Aku meyakini itu dan fakta-fakta telah gamblang menunjukkan hal itu. Untuk tujuan itulah aku secara pribadi menemuinya.

Rasa sungkan kian menderaku, namun setelah menimbang-nimbang sejenak akupun akhirnya menetapkan ketentuan.

"Sebentar, aku mengambil dokumen penting yang mesti kusampaikan kepadamu, Rudolfo," Aku segera bangkit berdiri dari sofa berlapis kulit lalu menuju mobil dinas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun