Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Bukan Job Order, tapi Kerendahan Hati yang Bisa Melambungkan Karier

5 Juni 2020   20:07 Diperbarui: 6 Juni 2020   18:22 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock via Agateno

Seusai mengerjakan tugas-tugas sesuai dengan arahan penyelia, si Fulan santai beristirahat sembari merokok dan menyeruput kopi bersama petugas parkir di bawah pohon rindang. Sedangkan rekan kerjanya, Erwin, memperhatikan keadaan lobby kantor sebuah Bank Pembangunan Daerah (BPD) dengan seksama.

Hari itu cukup banyak nasabah berkunjung, keluar masuk menyelesaikan berbagai urusan. Sepatu mereka membawa serta abu dari luar. Jejak-jejak sepatu yang kemudian secara periodik dihapusnya dengan alat pembersih. Lantai senantiasa bersih dan mengkilap berkat pengawasan mata tajam dan kesigapan Erwin.

Dua kegiatan tersebut berlangsung selama jam kerja. Fulan bersantai setelah menyelesaikan instruksi atasan, sementara Erwin tetap melaksanakan fungsi sebagai petugas jasa pembersihan yang bertanggungjawab atas pekerjaannya. Fulan tidak saya kenal, sedangkan Erwin adalah teman sekelas saya waktu masih di SMA.

Dua orang itu merupakan tim pembersih ruangan kantor dari sebuah perusahaan alih daya (outsourcing) yang bergerak di bidang cleaning service. Setelah kontrak kerja perusahaan itu berakhir, maka keberadaan tim kerja itu otomatis berakhir pula.

Tidak demikian dengan Erwin, ia masih ada seperti biasa dan malahan direkrut menjadi staf Human Resource Development (HRD) di kantor BPD itu dengan peningkatan penghasilan, status, dan tanggung jawab. Lha kok bisa?

Setelah berbincang-bincang sejenak dengan Erwin dan dari hasil observasi sepintas, setidaknya ada dua hal yang menurut pemahaman saya membuat Erwin direkrut menjadi pegawai BPD, sebagai berikut:

Kerendahan Hati
Erwin, saya ketahui sejak sekolah, adalah orang yang bersahaja, rendah hati, dan rajin belajar. Kendati bukan siswa yang menonjol kepintarannya namun ia lulus dengan nilai baik. Kerendahan hati dan sifatnya yang ringan tangan membuatnya, nampaknya, disukai para pegawai BPD itu.

Di waktu-waktu luang, Erwin belajar mengenai hal di luar bidang pekerjaannya. Sifatnya yang mau menerima masukan, kritik, dan mau mengikuti perubahan telah menarik perhatian pimpinan.

Menurut sebuah riset, orang yang memiliki kerendahan hati cenderung merupakan pembelajar yang lebih baik. Artinya, kerendahan hati membuat seseorang mau membuka diri terhadap hal-hal baru dan mempelajarinya.

Dalam perjalanan ia mampu meningkatkan kecerdasan dan kualitas pribadinya serta berani mengakui ketika ia tidak (belum) mengerti apa-apa, sehingga ia mau belajar dan terus belajar memperbaiki diri.

Socrates menandaskan bahwa kerendahan hati adalah hal terhebat dari segala kebajikan (humility is the greatest of all virtues).

Bukan Tipe Pekerja Job Order
Sebetulnya job order merujuk kepada istilah akuntansi yang berkaitan dengan perhitungan biaya harga pokok barang berdasarkan pesanan. 

Dalam dunia pekerjaan merujuk kepada permintaan atau penempatan seseorang sesuai dengan penugasannya, yakni karyawan yang di-hire sesuai permintaan (requesition) dalam kaitan penugasan (waktu mulai dan akhir, harga jasa per-jam, dll.) yang disepakati pengguna jasa dan pemasok tenaga kerja.

Pemahaman pekerja job order dalam ulasan ini bukan seperti dimaksud di atas, tetapi karyawan yang hanya bekerja berdasarkan instruksi atasan/perusahaan saja tanpa bisa menginovasi dirinya bagaimana meningkatkan kinerja atau berusaha menambah pengetahuan di bidang lain. Waktu luangnya tidak dimanfaatkan untuk kegiatan produktif atau kesempatan belajar dalam rangka memperbaiki kualitas diri.

Si Fulan dalam ilustrasi di atas menggambarkan sebagai karyawan yang bersifat job order (berdasarkan instruksi saja).

Tidak ada yang salah sih dengan pekerjaannya, semua tugas sudah dilaksanakan dan ia berhak atas waktu santai yang diperolehnya setelah menyelesaikan pekerjaannya. Fulan bisa nongkrong, ngopi sambil menghamburkan asap rokok dengan menyia-nyiakan waktu kerja.

Namun selang waktu kosong semacam itu dimanfaatkan oleh Erwin untuk meningkatkan kinerja di bidang yang menjadi tanggung jawabnya, atau melakukan hal yang sekiranya diperlukan oleh orang lain, bahkan belajar tentang bidang-bidang di luar pekerjaannya yang masih masuk dalam kerangka nalarnya. Ia mendapatkan jaringan (networking) sekaligus pengetahuan berharga.

Pelajaran yang bisa dipetik dari uraian di atas adalah:

  1. Kerendahan hati berpengaruh terhadap kesungguhan melakukan pekerjaan secara bertanggung jawab dan juga pikiran terbuka (open minded).
  2. Tipikal pekerja yang tidak berkarakter job order membuat seseorang senantiasa berusaha menginovasi dirinya untuk maju dan memiliki kemauan untuk meningkatkan diri dalam pekerjaannya serta kapasitasnya.

Gambar oleh mohamed Hassan dari pixabay.com
Gambar oleh mohamed Hassan dari pixabay.com
Dengan demikian, bukan sebagai pekerja bersifat job order yang melambungkan harkat Erwin dalam kariernya, tetapi kerendahan hatinya telah membentuk karakter produktif yang menarik hati pimpinan BPD itu lalu membuatnya direkrut menjadi staf klerikal Bagian HRD dengan posisi dan penghasilan lebih tinggi dari pekerjaan sebelumnya.

Perbincangan dengan Erwin di atas saya lakukan hampir dua dekade silam dan kasus tersebut tidak dapat digeneralisir begitu saja, tetapi rasanya masih layak diterapkan pada masa kini bagi mereka yang sedang meniti tangga karier pekerjaan lebih baik, dilihat dari status, tanggung jawab serta penghasilan.

Semoga bermanfaat.

Sumber rujukan: bbc.com dan wikipedia.org

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun