Pada momen perayaan Idul Fitri terhidang aneka masakan menyambut keluarga, kerabat, dan tamu-tamu yang hendak bersilaturahmi.Â
Di hari yang penuh kebahagiaan itu setiap orang dapat menikmati makanan: rendang daging sapi, opor ayam, telor balado, sambel goreng hati, sayur godok, ketupat, dan berbagai macam kue khas lebaran.
Pada hari-hari berikutnya, tamu-tamu akan menyurut atau hanya minum saja dan makan kue tanpa menyicipi makanan lebaran lainnya. Mereka mungkin bosan, seperti halnya anggota keluarga lain yang lebih suka mendatangi tukang bakso langganan.Â
Mereka merindukan makanan yang hangat dan menyegarkan. Kemudian makanan lebaran sebagaimana hidangan kenduri tersisa harus dihangatkan secara periodik agar tidak basi.
Setidaknya, di wilayah Jawa Barat dikenal kakaren, yakni makanan sisa lebaran atau kenduri. Juga dikenal sebagai kabebeye (bebecek)Â yakni makanan tinggalan hajatan atau lebaran yang diolah menjadi satu sedemikian rupa sampai kering.Â
Biasanya berasal dari olahan: opor, rendang, sambel goreng hati, telor balado, sayur godok, dan masakan berbahan dasar daging lainnya.Â
Olahan ini bisa disebut sebagai makanan daur ulang, nyaris mirip abon tetapi teksturnya lebih kasar. Rasanya "baru" dan lezat jika disantap bersama nasi hangat atau dicocol dengan uli (penganan dari ketan) goreng.
Tidak diketahui sejarah mengenai olahan kakaren atau kabebeye tersebut, namun barangkali sebagai upaya para pendahulu untuk menghindari kemubaziran makanan. Oleh karenanya kebiasaan itu patut dihargai dalam situasi sekarang ini.
Sedikit banyak kemubaziran tersebut selaras dengan kekhawatiran pakar pertanian Unsoed Purwokerto, Prof. Totok Agung Dwi Haryanto, tentang perlunya antisipasi kemungkinan terjadinya krisis pangan di tengah pandemi COVID-19 seperti yang diprediksi organisasi pangan dan pertanian dunia (Food and Agriculture Organization/FAO).
Senada, komisioner Komisi Informasi Pusat Romanus Ndau Lendong, pada hari Rabu (20/5/2020) dalam webinar Keterbukaan Informasi Publik 2020 yang digelar Biro Humas dan Informasi Publik, Kementerian Pertanian, mengamini peringatan FAO itu.Â
Lanjutnya, "dikhawatirkan setelah terjadinya krisis kesehatan, akan berdampak pada krisis sosial (yang) jika tidak bisa ditangani secara baik akan menimbulkan krisis lain." Menjaga sektor pertanian merupakan critical point agar tidak terjadi krisis pangan, misalnya.
Berkaitan dengan makanan tinggalan, beberapa waktu lalu setelah suatu hajatan selesai diselenggarakan di rumah, terdapat sisa nasi uduk sekitar empat sampai lima piring.Â
Sedangkan lauk pauk berupa ayam goreng, sambel kentang, suwiran telur dadar, semur daging sapi, jengkol, sambal bajak, bahkan sayur lalap sudah licin tandas.Â
Daripada sisa nasi uduk terlantar dan dibuang begitu saja, maka saya (waktu masih normal) mengolahnya menjadi masakan lain. Nasi uduk beralih-bentuk menjadi nasi goreng. Bagaimana caranya? Simak langkah berikut,
Bahan dan Bumbu
4-5 piring nasi uduk tinggalan. 4 butir telur. Margarin 3 sendok makan. 6 siung bawang merah diiris tipis. 3 siung bawang putih diiris tipis. 3 cabe merah diiris serong tipis. Jika suka pedas bisa ditambahkan cabe rawit. Bubuk merica. Garam.
Cara Membuat
Lelehkan margarin, masukkan irisan bawang merah dan bawang putih sampai harum baunya. Tambahkan irisan cabe aduk sampai layu. Masukkan telur yang sudah dikocok lepas, kacaukan (scrambled).Â
Masukkan nasi uduk, aduk rata. Bubuhi bubuk merica sesuai selera. Sebetulnya nasi uduk telah berbumbu, kecuali kunyit, dan rasanya sudah gurih karena dimasak dalam santan sehingga penambahan garam sangat minimal. Penambahan garam dan penyedap menjadi opsional.
"Makan harus habis jangan sampai bersisa. Kasihan petani (yang telah bersusah-payah menanamnya) bisa menangis melihatnya"
Dengan demikian alih bentuk atau perubahan masakan nasi uduk menjadi nasi goreng adalah salah satu cara untuk mengalternasi hidangan sisa kenduri menjadi olahan penggugah selera. Demikian pula halnya dengan makanan tinggalan lebaran dapat diolah menjadi bentuk makanan lain yang lezat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H