Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kado Lebaran, Makhluk Apalagi sih?

13 Mei 2020   03:39 Diperbarui: 13 Mei 2020   03:35 870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Sadival Cestas y Lotes dari pixabay.com

Pro kontra belanja kado lebaran secara online atau offline? Waduh, istilah "kado lebaran" saja baru kali ini mendengarnya seumur-umur. Bagaimana bisa menjawab pertanyaan di atas? Makhluk apalagi kado lebaran itu?

Mungkin sekali ini memang pertanyaan khusus untuk mereka yang kekinian, bukan generasi usang seperti saya yang memahami kado lebaran sebagai parcel pada jaman dahulu.

Tahun 70-an, parcel adalah bingkisan yang diberikan kepada mitra bisbis dan pejabat pemerintah. Ia menjadi salah satu bagian dari momen dalam merayakan kemenangan setelah satu bulan berpuasa.

Bingkisan-bingkisan tersebut bisa dibuat sendiri atau dipesan melalui pihak ketiga yang bergerak di bisnis bingkisan sekaligus mengirimkannya ke alamat tujuan. Isi bingkisan bisa bermacam-macam, mulai dari sirup, kue kering, cangkir, piring, sampai ke peralatan mahal. Malah jaman dulu ada yang berisikan wine dan permen berisi wiski, selain kue.

Namun sejak dianggap gratifikasi, maka lalu lintas pemberian parcel menyurut. Memang pada saat itu tujuan mulia parcel diselewengkan oleh orang-orang dan kemudian dijadikan salah satu "tools" untuk menyogok pejabat atau mitra bisnis yang memiliki posisi penting. Bingkisan yang merupakan salah satu bentuk silaturahmi atau rasa terimakasih kepada relasi berubah makna menjadi alat sogokan.

Bagi orang bukan berposisi penting, bisa memesan parcel ke toko serba ada sekalian diantar ke rumah. Seolah-olah ada yang mengirim.

Bertanya ke Google, kado lebaran adalah hadiah untuk orang tua, anggota keluarga, teman, kekasih  yang dapat menambah arti momen itu dan menciptakan kesan positif bagi penerimanya. Ya iyalah, namanya juga dikasih gratis! Bentuknya bisa berupa pakaian, uang, kue, parcel, alat makan, alat masak, voucher dan lain sebagainya.

Untuk itu rasanya saya bisa berdamai dan memahami kado lebaran sebagai hal yang nyaris sama saja dengan konsep parcel pada jaman dulu.

Perihal pro kontra antara pembelian kado lebaran secara online dengan offline, saya tidak mempunyai pengalaman dan pengamatan terhadap fenomena ini. Ketiadaan data empiris menyebabkan saya tidak berani menjawab pertanyaan di atas.

Bisa-bisa menjadi cerita kosong melompong banyak bohongnya.

Di luar konteks itu, hanya sekali saja saya berbelanja online.

Yaitu ketika telpon genggam rusak total dan harus diganti, sementara situasi pandemi tidak memperkenankan pergi ke konter. Untuk itu, pembelian telpon genggam yang baru dilakukan melalui toko daring, dengan hasil perolehan harga dan kualitas memuaskan. Bedanya hanya pada ongkos kirim dan asuransi.

Mungkin saja pembelian atau belanja kado lebaran secara daring memudahkan dalam situasi dewasa ini. Saya tidak tahu persis pokok permasalahannya.

Jadi pertanyaan tentang fenomena pro kontra belanja kado lebaran secara online atau offline, saya tidak bisa menjawab sesuai dengan pengetahuan atau kebenaran a posteriori yang diperoleh dari hasil observasi.

Dengan kata lain, tiada pengalaman empiris sebagai dasar pembuatan artikel pro kontra belanja kado lebaran secara online atau offline ini.

Maaf.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun