Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Sedekah, Berbagi Kebahagiaan

8 Mei 2020   05:34 Diperbarui: 8 Mei 2020   05:35 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Kimthecoach dari pixabay.com

Sebagian orang memaknai sedekah dengan membagikan harta yang dimilkinya. Apalagi dalam situasi pandemi saat ini, banyak pihak berbagi materi, misalnya berupa masker, coverall, dan APD lain bagi tenaga medis. Juga membagikan sembako, uang dan makanan gratis bagi mereka yang secara ekonomis terdampak.

Perbuatan mulia melalui sedekah itu menjadi gerakan tolong-menolong kepada sesama menhadapi pandemi covid-19. Namun bagi mereka yang belum beruntung memiliki kecukupan materi untuk berbagi akan menemui kebingungan dalam bersedekah.

Selain definisi menurut keumuman di atas, saya mempunyai definisi tersediri mengenai sedekah berdasarkan pengalaman pribadi. Setidaknya ada dua peristiwa yang teringat sampai saat ini.

Pertama. Beberapa dekade lalu, karena satu hal dan lainnya, saya mengalami kebangkrutan luar biasa sehingga dompet kosong kantong kosong pandangan melompong tiada pertolongan. Pernah tidak  makan sampai tiga hari berturut-turut, tapi masih hidup sampai kini. Punya rokok sebungkus adalah suatu kemewahan. 

Suatu malam dalam perjalanan pulang menyusuri jalan kelam, mampir ke sebuah warung untuk membeli rokok eceran. Setelah mengorek-ngorek kantong "ditemukan" uang senilai dua batang rokok. Sebatang untuk dihisap dalam perjalanan sedangkan sisanya disimpan untuk besok pagi.

Sedang asyik menghembuskan asap keputusasaan, dari kegelapan muncul orang menjulurkan tangannya dengan keras meminta rokok. Bukan pengemis memelas, juga bukan preman berwajah garang, tetapi sosok tegas berwibawa dan cukup bersih penampilannya.

Dalam benak berkecamuk kehendak memberikan sebatang rokok tersisa dengan keengganan untuk memberikannya, pertimbangannya: benda itu tinggal satu-satunya "nyawa" tersisa dan bisikan dalam kepala, "siapa elu?"

Namun nurani akhirnya mendorong tangan mengangsurkan sebatang rokok simpanan kepada orang tersebut. Setelah menerimanya, ia menghilang ke dalam kegelapan tanpa mengucapkan terimakasih dan senyum.

Kedua, dalam perjalanan berikutnya saya bertemu dengan seorang "guru kehidupan" bernama mas Bambang, yang mengajarkan tentang bersedekah kepada diri sendiri dan pihak lain. Bersedekah kepada diri sendiri adalah membahagiakan diri dengan, di antaranya, menjaga kesehatan, meningkatkan ibadah, menjaga penampilan. Sedangkan bersedekah kepada pihak lain bisa bersifat materiil ataupun non-materiil, selain kepada orang lain juga kepada mahluk hidup lainnya.

Bersedekah kepada mahluk hidup lainnya seperti apa? Beliau mengajak ke pasar ikan hias, lalu membeli ikan kecil yang masih hidup, biasanya digunakan sebagai pakan ikan predator seperti arwana. Semampunya. Kemudian ikan-ikan tersebut dilepaskan begitu saja ke danau atau sungai.

Filosofinya, dengan melepasnya berarti kita sudah membebaskan mahluk dari kematian menjadi pakan. Demikian halnya dengan burung-burung terkungkung, sebaiknya dikembalikan kepada alam dibebaskan dari kurungan.

Selain itu diajarkan bahwa bersedekah tidak harus berupa materi, tetapi dengan membagikan kebahagiaan bagi sesama makhluk atau connecting happiness dengan memberikan tenaga untuk membantu orang lain yang dalam kesulitan, membuang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan lingkungan, memberi senyuman dan sapaan, tidak berperilaku iri dengki serta banyak hal sederhana yang bisa dilakukan.

Dua peristiwa di atas mengajarkan tentang keikhlasan, dalam membagikan kebahagiaan kepada orang lain, serta membebaskan makhluk dari keterkungkungan.

Kegiatan membagikan kebahagian dalam bentuk apapun itu jika dilakoni dengan tulus tanpa berharap timbal balik (senyum, penghargaan, pujian, wajah bahagia penerima, dsb.) dan membebaskan makhluk hidup, maka hal itu sudah merupakan sedekah, tidak harus berupa materi.

Itulah esensi sesungguhnya bersedekah dengan membagikan kebahagiaan secara ikhlas kepada sesama makhluk hidup atau connecting happiness.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun